Magetan – Kreativitas datang saat pandemi Covid-19. Ini seperti yang dilakukan oleh Warony, warga Dusun Sangeng, Desa Pacalan, Kec. Plaosan, Magetan.
Pria paro baya tersebut menyulap bambu di Dusun Sangeng dan sekitar, menjadi karya seni instalasi, yang memiliki nilai ekonomis. Warony berkreasi dengan membuat beragam miniatur bangunan.
“Baru mulai lima bulanan. Ide awalnya karena di dusun kami banyak pohon bambu. Baik yang masih belum atau yang sudah ditebang. Ada yang masih utuh atau potongan,” aku Waronny pada media yang mewawancarainya dalam satu kesempatan.
Memang di Magetan ini, sudah terkenal dengan kerajinan bambunya. Seperti produksi besek, caping, aneka wadah serta tempat jajanan juga buah. Ada pula desa sentra kerajinan bambu.
Tidak ingin bambu-bambu potongan itu terlihat cuma menumpuk, Warrony mulai memanfaatkannya. “Daripada menumpuk begitu saja, lalu saya coba bikin miniatur bangunan,” ujar dia.
Dia mengaku tidak memiliki keahlian khusus. Apalagi, arsitek atau ilmu teknik sipil. Pekerjaannya sebagai tukang kayu selama ini, diakuinya banyak memberi ilmu “teknik rancang bangun” ini. “Yang penting mengalir saja. Karena sehari-hari pekerjaannya tukang kayu,” jelasnya.
Miniatur yang sudah dibuat, antara lain, rumah gadang, kap lampu gantungan, lampu tempel dan menara Eiffel Paris. Berbahan utama bambu, tripleks untuk alasnya dan lem. Satu miniatur bisa diselesaikan antara tiga sampai tujuh hari, melihat tingkat kesulitan.
“Kalau bentuknya biasa, bisa tiga sampai lima hari selesai. Tapi, jika bentuk rumit bisa tujuh hari,” jelasnya.
Satu miniatur bentuk biasa dibanderol Rp 250 ribu sampai Rp 500 ribu. Kalau rumit, sekitar Rp 1 juta, imbuh Warrony.
Mengenai pemasaran, ia mengaku baru dari teman ke teman. Baik bertemu langsung maupun lewat HP. “Masih lewat teman. Belum berani mengarah ke digital marketing,” papar dia.
Saat ini, misalnya, ia sedang menyelesaikan miniatur gerbang tiket kawasan wisata Telaga Sarangan, Magetan. “Pesanan teman dari Jakarta,” akunya. (ant/mk)