Magetan – Suatu sore di Desa Sukowodi, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan. Cuaca agak dingin. Maklum saja, di kawasan lereng tengah Gunung Lawu, baru turun hujan.
Seorang pemuda anggota Komunitas Pecinta Alam Lawu Tengah (KPALT) membawa baki. Berisi enam gelas kopi sudah diseduh. “Monggo medang mas,” ujar ketua KPALT Sutoyo ditemani Suroto, wakil ketua KPALT.
Aroma kopi yang disuguhkan cukup menyengat dan menusuk tajam di hidung. Sutoyo, Suroto dan pemuda Sukowidi yang berkumpul pun mengambil gelas. Meniup dan menyeruputnya.
”Ini kopi Liberika. Sensasi aromanya kuat dan tajam. Rasanya juga agak pahit dan lebih kental,” kata Sutoyo kepada wartawan media ini yang ikutan menyeruput kopi.
Ditemani sepiring gorengan tempe gembus dan tahu isi plus lombok, kenikmatan yang berbeda menyeruak sore itu. Berulangkali, Sutoyo dan kawan-kawan bersama wartawan media ini, menyeruput kopi seduh Liberika asal lereng tengah Gunung Lawu.
Di Desa Sukowidi, saat ini, terdapat sekitar 115 pohon kopi Liberika. Pohonnya sudah tua. Berusia antara 15-20 tahunan. Dan pohonnya juga tinggi-tinggi. “Jumlah pohonnya mungkin lebih dari yang kami data,” papar Sutoyo yang diamini Suroto.
Kopi Liberika, di Desa Sukowidi lebih sering disebut kopi Nangka. “Dulu, di sini, ada banyak pohon kopi Liberika. Tapi, ada yang ditebang oleh masyarakat,” tutur dia.
Menurut Sutoyo, tradisi medang di Sukowidi amatlah kental. Jika warga ngumpul-ngumpul, pasti suguhannya wedang kopi. “Tradisi medang ini yang kami uri-uri. Medang dengan kopi Liberika dari lereng tengah Gunung Lawu,” ucap Sutoyo.
Di Sukowidi, tidak hanya kopi Liberika. Tapi, juga tumbuh jenis Robusta, Arabika dan Exelca. Namun, kopi Nangka atau Liberika menjadi booming.
Kemunculan kopi Liberika ini pasca Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Bupati Suprawoto menyebut bahwa kopi ini jenis yang langka. Juga disukai kopilovers, komunitas kopi dan para eksportir kopi di Indonesia. Kopi Liberika adalah tanaman kopi endemik dari Afrika, tepatnya berasal dari bumi Liberia.
Saat ini, Komunitas Pecinta Alam Lawu Tengah (KPALT) tengah merintis budidaya sekaligus penjualan kopi Liberika. Baik yang masih dalam bentuk biji maupun yang sudah “dideplok”. Brand-nya menggunakan nama Ndali Sodo. Nama ini diambilkan dari situs sejarah Kendalisodo di Sukowidi.
Pasar kopi Liberika dari Dusun Nerang RT 03/RW 03 Desa Sukowidi, Kec. Panekan, ini sudah sampai ke Taiwan dan sejumlah kota di Nusantara. “Kami optimistis kopi Liberika Sukowidi akan menjadi terkenal. Mudah-mudahan bisa menembus pasar ekspor.”
Dan, hari semakin sore. Udara kian dingin. Obrolan pun makin gayeng. Tak terasa segelas kopi Liberika pun tandas. Sepiring gorengan juga hanya tersisa beberapa lomboknya saja. “Inilah nikmatnya tradisi medang di Sukowidi,” aku Sutoyo tersenyum. (ant/mk)