Magetan – Sudah pukul 14.00 WIB. Meskipun dagangan belum semua habis, Wito dan saudaranya Jarwani memutuskan untuk pulang, di Plangkrongan, Poncol. Sudah terlalu siang. Mereka mesti atur waktu untuk kulakan dini hari nanti.
Seperti biasa, rutenya sebelum pulang, mengisi BBM di SPBU jalan MT Haryono. Sampai di SPBU, antre. Ada lebih dari 5 mobil dan sejumlah sepeda motor di depan mobil pick up mereka.
“Setiap hari, kami keliling jualan sayur dan lain-lain di Selotinatah, Ngariboyo. Muter-muter, kira-kira abis bensin 8 literan,” kata Wito, Sabtu (3/9/2022).
Menurut keduanya, jualan sayur keliling dengan mobil pick up punya kelebihan muat dagangan lebih banyak.
“Sekarang, jualan susah, Mas. Saingan banyak. Cari untung 50 ribu sehari aja ngos-ngosan,” katanya Jarwani menimpali.
Antrean pickup keduanya sudah sampai di mesin pompa. Mendadak, SPBU tak beroperasi. Petugas menutup sementara untuk menyesuaikan tera.
Saat yang sama, pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Solar. Harga Pertalite naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10 ribu per liter. Sedangkan harga Solar naik dari dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter.
“Byuh, kok pas saat kami ngisi, BBM naik. Kami antre lama, dan gak tahu kalau mau naik. Ladalah, naiknya pas saat kami isi,” kata Wito.
Wito mengaku kenaikan Pertalite sangat memberatkan. “Kalau harga kulakannya gak naik, ya gak mungkin kita naikkan harga. Selisih 200 Rupiah saja, pelanggan pindah loh Mas,” jelasnya.
Wito dan Jarwani belum punya solusi mengatasi biaya operasional jualan sayur keliling yang mendadak meningkat.
“Ini kira-kiranya, kami harus tambal lagi untuk operasional sebesar 20 Ribu. Abot iki, Mas,” jelasnya.
Bensin mobil pick up untuk jualan belum diisi. Petugas masih menyesuaikan alat.
Wito menelpon istrinya. “Bu, bensine wis mundak iki.” (far/mk)