Magetan – Dalam dunia kuliner, mempertahankan atau meneruskan kesuksesan pendahulu tak selalu gampang.
“Bukan lantas usaha kuliner yang sudah sukses rintisan orang tua, kita lanjutkan otomatis juga sukses. Semua tetap berproses dan perlu kerja keras,” kata Pengelola Sate Gule Ndelik Jalan Bangka, Wahyu Tri Joko, Selasa (31/1/2023).
Joko meneruskan kuliner sate gule milik orang tuanya, Mbah Warno, sekitar 5 tahun terakhir. Meski sudah ikut belajar jualan sejak 2009, Joko mengaku awalnya sempat grogi.
Bukan masaknya, tapi melayani pelanggan.
“Pelanggan kan beda-beda, melayani juga tak seragam. Selain menjaga cita rasa, bagian ini yang paling sulit rasanya, melayani pelanggan. Ada yang ingin cepet, ada yang porsinya sedikit. Alhamdulillah, pelanggan bapak terawat dengan baik hingga sekarang,” jelasnya.
Dari lima bersaudara, hanya Joko yang memilih meneruskan usaha ayahnya, karena satu-satunya yang suka masak.
“Saya memang sempat bekerja di Bogor. Lalu, pulang untuk membantu bapak. Pertama, ya bantu-bantu buat minuman. Menemani belanja dan masak. Suatu ketika pernah dilepas karena bapak sakit. Hingga saya teruskan sekarang,” ceritanya.
Sejak ‘Ndelik’ di Onggoprayan, Jalan Bangka masuk sedikit, Joko mengaku nama besar sate gule Mbah Warno tetap melegenda. Tetap ramai, meski berpindah tempat. Bahkan, ada pelanggan yang datang setiap dua hari sekali untuk makan sate gule.
“Alhamdulillah, sekarang menetap karena milik sendiri setelah sekitar 5 kali berpindah-pindah, terakhir di jalan raya Bangka,” katanya.
Di antaranya, banyaknya kuliner sate gule, Sate Gule Ndelik ini memiliki cita rasa khas. Daging satenya empuk dengan potongan besar tanpa gajih. Seporsi harganya, Rp 38 ribu.
Gulenya enak, tak berbau ‘prengus’. Ada juga menu otak dan balungan yang juga banyak dicari.
Meneruskan ‘warisan’ ayahnya, Joko mengaku sedikit mengubah cita rasa gule. Dibuat mirip dengan rasa gule ala Solo, namun lebih seger.
“Gule Balungan masih tetap menjadi favorit pelanggan. Biasanya harus pesan dulu lewat nomor WA, kalau enggak kadang pelanggan yang datang kehabisan,” ungkapnya.
Buka siang, Sate Gule Ndelik sudah tutup sore hari. Berbagai olahan kambing yang dijual di warung legendaris itu habis dalam waktu 3-4 jam.
“Kalau ukuran kambing kecil, ya habis sekitar 3-4 ekor kambing, seharinya,” kata Joko. (far/mk)