Magetan – Surati (49), hanya bisa pasrah. Renovasi Pasar Baru Magetan membuat dia kehilangan tempat jualan. Padahal, Surati sudah 24 tahun berjualan di Pasar Baru. Di dekat tangga.
Renovasi seperti pemasangan eskalator, membuat dia tersingkir dari Pasar Baru.
Surati yang memiliki dagangan kelontongan harus pindah ke tempat lain yang disediakan. Lebih kecil. Jalannya buntu. Sehingga, sepi pembeli.
”Iya mas, sejak direnovasi. Pedagang disuruh pindah, diberi tempat di dalam sisi utara pasar, namun tidak memadai. Selain itu, sepi karena jalan buntu,” keluhnya, Jumat (21/1/2021)
Surati akhirnya pindah. Dia memutuskan menyewa di luar pasar dan membangun sendiri kiosnya.
“Orang lewat saja tidak ada,” tambahnya.
Tidak hanya Surati yang memutuskan pindah dari tempat yang disediakan. Puluhan pedagang lain juga sama. Pindah. Dan, memilih berjualan di luar pasar, di tepi jalan Bali, Kelurahan Kepolorejo.
”Padahal di tempat awal bejualan sudah mapan, sudah banyak pelangan. Lokasi tempat berjualan tersebut sudah 24 tahun,” kenang Surati, sedih.
Surati dan puluhan pedagang tak punya pilihan di tengah pandemi, saat perekonomian sedang sulit.
”Ya pilih pindah, agar laku. Meski harus mengeluarkan uang untuk sewa dan membangun sendiri. Habis gimana lagi, di tempat yang disediakan, seharian tidak ada orang yang beli,” katanya.
Dan, Surati tetap membayar retribusi sebesar Rp.500 per hari. (far/mk)