
Magetan – Akhir pekan lalu, Ammar Syahmi, pulang sekolah lebih cepat dari biasanya. Gurunya, ada rapat. Biasanya, bocah berusia lebih dari 6 tahun itu, pulang dari TK Panca Bhakti di Selosari, Magetan, pukul 10.30 WIB. Kali ini, pukul 08.30 WIB.
Lokasi sekolahnya tak jauh dari rumah. Ammar dijemputnya ibunya, Endrawati.
“Bu, abis TK, aku seragam merah putih,” tanya Ammar pada ibunya.
Ibunya membenarkan buah hatinya. Meskipun, sang ibu tak memberitahukan sekolah SD mana yang dituju.
Ibunya yang memilih. “Kemungkinan besar akan saya sekolahkan di SD NU, jalan MT. Haryono. Selain dekat, anak saya kudu melanjutkan ke sekolah favorit untuk pondasinya,” kata Endrawati.
Endra tak memungkiri pilihan ke SD Swasta karena klaimnya, swasta lebih berkualitas ketimbang SD Negeri di Magetan.
Kepala SDN Islamiyah (SDI) NU Magetan, Triyono, mengakui minat orang tua menyekolahkan ke tempatnya meningkat. Sekolahnya terpaksa memberlakukan seleksi karena pendaftar melampaui kapasitas bangku.
“Rata-rata di atas angka seratus. Sementara daya tampung kami, 80-an,” katanya.
Triyono tak yakin minat orang tua menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta karena kualitas. Triyono lebih setuju karena tren.
“Belakangan ini, trennya anak-anak disekolahkan ke sekolah yang berbasis agama. Situasi global seperti sekarang ini mungkin menurut para orang tua sekolah berbasis agama bisa menjadi pondasi kuat bagi masa depan anak,” jelasnya.
Minta yang tinggi ke sekolah swasta terutama yang berbasis agama, juga terlihat di SD Muhammadiyah Magetan. Tahun ajaran ini ada seratus siswa diterima.
Di SD Negeri, berbeda 180 derajat. Bahkan, ada yang cuma satu atau dua siswa.
Ketua PGRI Magetan, Sundarto, mengusulkan agar SD Negeri dimerger. Ada dua alasan kuat, katanya.
“Pertama, untuk mengejar kualitas. Saya pikir dengan jumlah sekolah yang tak terlalu banyak, pemerintah bisa fokus pada peningkatan kualitas Pendidikan. Kedua, ratusan guru memasuki masa pensiun tahun depan,” jelasnya.
Merger Sekolah Dasar Negeri menjadi salah satu solusi untuk peningkatan mutu pendidikan usia dini. Kepala SDN Magetan 2, Supriyadi, sepakat dengan merger dengan sejumlah term and condititon. Tidak asal merger.
“Yang harus dilakukan, mempersiapkan sekolah negeri sesuai dengan kebutuhan pasar pendidikan, jika hal itu dilakukan serentak di semua sekolah dasar negeri niscaya akan meningkatkan mutu dan jumlah peserta didik,” jelasnya.
Pak Pri, sapaan akrabnya, mencontohkan SDN Magetan Kompleks dan sekolahnya dimerger sebagai Labschool, misalnya. Menurut dia, merger itu akan menjadi embrio pengembangan mutu Pendidikan di Magetan.
“Labschool ini kemudian dikembangkan secara matang dengan menggandeng perguruan tinggi. Kan sekarang kita punya UNESA,” imbunya.
Bupati Magetan Suprawoto menilai pengembangan labschool dengan menggandeng Perguruan Tinggi, sebagai usulan yang bagus.
Pendidikan merupakan salah satu program menjadi perhatian Pak Bupati. “Kita harus mencontoh Jogja, lewat pembangunan dunia pendidikan maka Jogja menjadi seperti sekarang,” terangnya dalam satu kesempatan kepada magetankita.com.
Menurut Suprawoto, mengembangkan sektor pendidikan sangat cocok di Magetan. Alamnya mendukung. Bupati membuktikkannya. Ada Graha Literasi di Plaosan. Ada Unesa di Maospati, yang mungkin tempat Ammar Syahmi kuliah nanti. (far/mk)