Magetan – Di usia yang sudah tak muda lagi, sosok ini masih terihat energik. Dia selalu ada di hampir semua event di Magetan, terutama kegiatan kebudayaan. Dialah menjadi orang yang paling sibuk ketika Magetan menggelar event seni budaya.
Namanya, Hardjuno. Usianya sudah 64 tahun.
“Ngurusi kebudayaan ini penting. Apalagi, dengan potensi yang dimiliki, Magetan bisa mendapatkan pengakuan dari luar,” katanya, Selasa (22/02/2022).
Menurut Mbah Juno, panggilan akrabnya, selama ini kegiatan kebudayaan yang dilakukan Magetan hanya menyentuh sisi seremonial. Misalnya, mengisi acara di TMII Jakarta, Gedung Cak Durasim Surabaya.
“Sebelum ini, kita gak pernah menyentuh komunitas-komunitas budaya untuk mendapatkan feedback,” katanya.
Inilah yang kemudian dilakukan Mbah Juno dalam usahanya melestarikan budaya di Magetan. “Saya dan teman-teman datang ke Festival Lima Gunung, event kebudayaan Tulungagung dan lain-lain. Sehingga, ketika kita mengadakan event, para komunitas itu datang ke Magetan,” jelasnya.
Mbah Juno menyontohkan event Grebeg Pring Urip pada 2018 dan diadakan lagi tahun berikutnya. Sejumlah komunitas budaya dari Solo, Yogyakarta dan beberapa kota lain ikut meramaikan.
“Di budaya itu, kita bukan paling benere dewe. Kadang kita merasa paling bener dan pinter sehingga menolak talent dari luar. Di bidang budaya, kita sama-sama belajar,” tegasnya.
Hardjuno terjun di dunia seni dan budaya, ketika pensiun dari Kantor BPS Magetan, 2016. Dia memulai dengan menggelar beberapa event, hingga ke desa-desa. Pada awal kiprahnya menggeluti dunia seni dan budaya, dia sukses menggelar event pertunjukan jazz dan puisi di Desa Sumberdodol, Panekan.
“Kudu lilo dan legowo. Kerja di bidang seni dan budaya harus ikhlas,” katanya orang yang berada di balik suksesnya gelaran Kirab Pusaka dan Pameran Keris Tosanaji baru-baru ini.
Menurut Mbah Juno, Magetan masih memiliki banyak potensi yang belum digali dan tidak bisa digali. Katanya, itu PR generasi mendatang.
“Harus konsisten juga. Ini menjadi tantangan karena teman-teman seniman dan budayawan juga punya tingkat kejenuhan,” tambahnya.
Mbah Juno, yang juga Ketua Paguyuban Sejarah Kebudayaan Tradisional dan Ekonomi Kreatif (Pekatik) Magetan mengajak anak-anak muda ikut merawat sejarah dan budaya.
“Ada wartawan yang sering bilang, terus gajule (penerus) Mbah Juno iki sopo,” katanya sembari tertawa. (far/mk)