Wajah dunia pendidikan di Magetan sedikit agak tercoreng dengan munculnya peristiwa yang dilakukan seorang siswa dan siswi salah satu SMA di Magetan yang melakukan tindakan tidak senonoh dan videonya beredar luas di masyarakat.
Mengapa video tersebut bisa tersebar luas di masyarakat? Apakah ada unsur kesengajaan yang dilakukan agar bisa dianggap viral? atau bagaimana?. Belum reda kekagetan kita mendengar, melihat dan membaca berita tersebut di atas, publik kembali disuguhkan fenomena yang amat memprihatinkan dunia pendidikan yaitu peristiwa perundungan di berbagai tempat.
Di Jawa Tengah, seorang siswa berani melakukan kekerasan kepada gurunya dengan melukai memakai senjata tajam. Di tempat lain seorang siswa diperlakukan dengan tidak wajar penuh kekerasan yang dilakukan senior kepada yuniornya yang masih satu sekolah.
Berbagai macam peristiwa yang tidak pantas sama sekali untuk ditiru ini ibaratnya adalah sebuah fenomena gunung es dan bola salju. Semakin hari potensi-potensi yang ada akan bisa semakin banyak dan membesar. Yang membedakan adalah apakah publik mengetahui atau tidak mengetahui.
Oleh sebab itulah tulisan ini dibuat untuk memberikan gagasan pemikiran ke depan, bagaimana mengurangi potensi-potensi yang tidak baik dan tidak patut dicontoh ini bisa semakin berkurang di kemudian hari.
Fenomena Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak ke dewasa. Kenakalan Remaja merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial yang pada akhirnya menyebabkan perilaku menyimpang.
Fenomena kenakalan-kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma dalam masyarakat, pelanggaran status, maupun pelanggaran terhadap hukum pidana. Pelanggaran status seperti halnya kabur dari rumah, membolos sekolah, merokok, minum minuman keras, balap liar, dan lain sebagainya.
Pelanggaran status ini biasanya tidak tercatat secara kuantitas karena bukan termasuk pelanggaran hukum. Sedangkan yang disebut perilaku menyimpang terhadap norma antara lain seks pranikah di kalangan remaja, aborsi, dan lain sebagainya. Hubungan antara tingkat kontrol diri dengan kecenderungan perilaku kenakalan remaja
Menurut penelitian yang dilakukan Balitbang Departemen Sosial (2002), Hamzah (2002, Prahesti (2002), mengindikasikan bahwa kematangan emosi pada remaja yang masih labil merupakan salah satu faktor terjadinya kenakalan remaja. Tidak matangnya emosi seseorang ditandai dengan meledaknya emosi di hadapan orang lain, tidak dapat melihat situasi dengan kritis, dan memiliki reaksi emosi yang tidak stabil.
Sebaliknya matangnya emosi seseorang ditandai dengan tidak meledaknya emosi di hadapan orang lain, dapat penilaian situasi kritis dan memiliki reaksi emosi stabil dan kepercayaan diri seperti percaya pada kemampuan diri sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki konsep diri yang positif dan berani mengungkapkan pendapat.
Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan dalam pemenuhan tugas perkembangan. Beberapa remaja gagal dalam mengembangkan kontrol diri yang sudah dimiliki remaja lain seusianya selama masa perkembangan. Keberhasilan dalam pemenuhan tugas perkembangan menjadikan remaja sadar dan peka terhadap norma, sehingga remaja mampu menahan dorongan pemuasan dalam diri agar tidak melanggar norma dan aturan yang berlaku.
Sebaliknya, kegagalan dalam tugas perkembangan ini, akan menyebabkan individu remaja menjadi kurang peka terhadap norma dan aturan yang berlaku. Ini menyebabkan individu remaja menjadi rentan berperilaku melanggar aturan bahkan melakukan tindakan kriminal.
Pentingnya Adab
Adab memiliki sebuah arti kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti. Adab erat kaitannya dengan akhlak atau perilaku terpuji. Ahli bahasa juga kebanyakan menyebutkan bahwa adab merupakan kepandaian dan ketepatan dalam mengurus segala sesuatu. Begitupun sebagian ulama lainnya juga turut berpendapat bahwa adab merupakan suatu kata atau ucapan yang mengumpulkan segala perkara kebaikan di dalamnya.
Adab sangat penting dalam kehidupan manusia. Bagi orang-orang yang memiliki adab biasanya akan terjaga dari perbuatan tercela. Maka tidak heran jika adab sangat penting. Adab tentu perlu diajarkan sedari kecil. Anak-anak yang sudah diberi bekal pelajaran mengenai adab akan tumbuh menjadi pribadi lebih baik dari teman-teman sebayanya.
Adab tentu penting bagi manusia, sebab adab merupakan salah satu bagian dari akhlak mulia yang kelak akan menuntut manusia untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan bisa menempatkan diri pada tempat maupun waktu tertentu
Akar Masalah
Menurut penulis sebagai guru, ada beberapa penyebab mengapa murid yang seharusnya tugas pokoknya belajar dan menimba ilmu tetapi masih berperilaku tidak baik di lingkungan sekolah. Pertama, belum maksimalnya pendidikan karakter yang tertanam di hati murid.
Seandainya di sekolah ada materi khusus tentang Adab atau Budi Pekerti sekaligus metode penerapannya di lapangan, sangat dimungkinkan murid akan memiliki tidak hanya pengetahuan tentang Adab atau Budi Pekerti, tetapi juga mempunyai kesadaran dan kemauan tindakan. Sehingga murid mampu dan memiliki Adab dan Budi Pekerti yang mulia di lingkungan sekolah, rumah, dan masyarakat.
Kedua, konsep “Tri Pusat Pendidikan” yang digagas dan dicetuskan Ki Hadjar Dewantara yang menyatakan bahwa keberhasilan pendidikan harus didukung dari sekolah, orang tua, dan masyarakat saat ini mulai luntur. Karena persoalan murid saat ini seakan-akan hanya dibebankan pada pihak sekolah, padahal peran orang tua dan masyarakat juga memiliki andil penting di dalamnya. Kepedulian bersama dan semangat gotong royong untuk memajukan pendidikan dan membuat murid-murid tidak hanya sekadar pandai dan pintar, tetapi juga memiliki perilaku dan akhlak yang mulia adalah merupakan tanggung jawab bersama.
Ketiga, kemajuan informasi dan teknologi yang begitu pesat melalui berbagai media informasi dan media sosial yang tersaji melalui gawai yang dimilki murid, di satu sisi bisa berdampak positif tetapi juga bisa berdampak negatif. Media sosial berpengaruh besar pada murid, karena mereka bisa terinspirasi melakukan tindakan-tindakan yang tidak baik dari media sosial.
Masa depan bangsa ada di tangan murid-murid yang saat ini sedang menempuh pendidikan di seluruh tanah air. Semua pihak harus memiliki kesadaran bersama bahwa murid tidak hanya sekadar diharapkan akan memiliki kepandaian, kepintaran, dan prestasi akademik dan non-akademik semata, tetapi lebih dari itu bagaimana semua pihak baik guru, orang tua, dan masyarakat bahu-membahu menciptakan dan melahirkan murid yang beradab, berbudi pekerti luhur, dan berakhlak mulia.
Sehingga bangsa ini di masa depan akan mendapatkan kader-kader bangsa yang terbaik dari produk murid yang berilmu dan murid yang beradab. Semoga!
Ditulis oleh: Muries Subiyantoro
Guru BK SMPN 1 Magetan, Pegiat Demokrasi, dan Penggagas LoGoPoRI (Local Government and Political Research Institute) Magetan