Kartoharjo – Masa pandemi Covid-19, kita dituntut kreatif. Kreativitas inilah yang dilakukan pasangan suami istri, Yongki Prasetyo dan Anis Dwi Widayanti, warga Dukuh Bombong, Desa Bangunasri, Kec. Barat, Magetan.
Kisah ini dimulai dari awal pandemi Corona, dua tahun silam. Saat itu, suaminya bekerja di salah satu sekolah swasta di Ngawi. Sekolah tidak ada pertemuan tatap muka (PTM).
Pas Covid-19, kegiatan belajar mengajar melalui daring atau online. Sedang Anis bekerja di salah satu supermarket di Madiun. “Waktu itu, suami dan ibu memiliki banyak waktu luang. Karena sekolah daring. Trus mau ngapain?” ungkap Anis, Jumat (25/02/2022).
Demi perekonomian keluarga tetap survive di musim pagebluk, Yongki dan Anis mencetuskan ide untuk berjualan makanan. Pasangan ini lantas membeli mobil dari uang tabungan. “Saya waktu itu masih kerja. Suami GTT di Ngawi. Ada sedikit tabungan. Dan kami putuskan beli mobil pikap,” tutur Anis.
Kendaraan pikap itu pun dirombak. Jadilah sebuah mobil berkonsep food truck. Memang belum sempurna. Kini mereka memilih menu yang dijual. Berangkat dari situlah, Anis dan Yongki berpikir keras. Pasutri tersebut survei kecil-kecilan. Lalu, dipilihlah jualan menu aneka bothok plus nasi rawon.
Sebab, bothok terutama tawon, belum banyak atau nyaris tidak ada yang jualan. “Keluarga kami itu juga senang dengan menu bothok tawon dan rawon. Jadi klop sudah,” kata Anis.
Kemudian, mereka menamai mobil food truck-nya dengan brand “Mbah Ibune Eyen”. Mobil dipermak lagi. Bisa dibuka di sebelah kiri. Ada wastafelnya pula. Kompor gas bisa masuk. Ketika buka dan tutup ringkes-ringkes tidak ribet. Simple.
Kendaraan juga diisi sebuah meja, beberapa kursi dan piranti lain. Seperti banner. “Berangkat dan pulang, saya sendiri yang nyopiri. Kalau suami nggak repot, ya suami yang nyopiri,” ujar dia.
Awalnya, lokasi jualan di depan SPBU Barat. Namun, akhirnya pindah di perempatan Karangmojo ke arah Kartoharjo ini. Dari traffic light, belok ke timur. Sekitar 100 meter. Di situlah, ia mangkal. Anis dan suami berjualan mulai pukul 07.00 sampai habis.
Selain spesial bothok tawon, di mobil food truck-nya Anis juga ada menu lain. Seperti bothok lamtoro, tempe tahu, bothok sayap ayam, kepala ayam, sembukan, lintingan pindang, bothok ati ampela, juga bothok telur asin.
Selain menu bothok juga menyediakan nasi rawon. Uniknya, rawon ini yang dimasak sang suami. “Alhamdulillah, banyak yang suka dan jadi langganan. Baik bothok tawon maupun bothok lainnya,” aku Anis.
Dalam sehari, Anis membawa enam baki bothok. Jika habis, maka rupiah pun didapat. Rata-rata penghasilan dari mobil food truck ini berkisar Rp 500 ribu. Kadang kurang dan sering juga lebih. “Yang favorit iti bothok tawon,” ungkap dia.
Untuk itulah, Anis dan suaminya rela mencari omah tawon mulai dari Parang hingga Ngebel Ponorogo. Termasuk, dari daerah sekitar Kecamatan Barat.
Bothok tawon nan gurih ini dibanderol Rp 6 ribu perbungkus. Sementara bothok lamtoro dijual murah Rp 2 ribu. Ada juga aneka keripik.
Tatkala sekolah mulai PTM, suami kembali ke bangku sekolah. Anis lantas memutuskan berhenti bekerja. Ia memilih fokus jualan di kedai food truknya.
“Alhamdulillah, konsep menu bothok ini bisa diterima masyarakat,” ucap Anis sembari mengenang awal-awal pandemi Corona. (ant/mk)