Magetan – Perpaduan antara olahraga yang memacu adrenalin dan keindahan alam pegunungan, diam-diam, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, memiliki potensi luar biasa untuk pengembangan sport tourism.
Kolaborasi wisata dan olahraga inilah yang tengah dikembangkan di selingkar Gunung Bungkuk dan Blego, di Kecamatan Parang. Melalui olahraga Paralayang, kita bisa melihat eksotiknya alam pegunungan dari langit Parang.
“Keindahan Magetan itu tidak hanya Sarangan, di kawasan Parang pun juga tak kalah eksotik. Maka, sport tourism akan terus kami kembangkan. Dan, Paralayang sebagai ikon,” kata Kepala Desa Trosono, Kecamatan Parang, Sumono, Kamis (4/8/2022).
Pengembangan sport tourism di Kecamatan Parang tersebut, melingkupi dari Desa Trosono, Bungkuk, Sayutan dan Ngunut. Pemerintah Desa pun telah bersepakat dengan membentuk Paguyuban B2 Jaya.
Di kawasan itu, juga telah diselenggarakan berbagai event. Tujuannya, sebagai pengungkit untuk menarik minat wisatawan Nusantara dan mancanegara agar mau berkunjung ke Parang.
Seperti awal bulan Agustus 2022 lalu. Di Desa Trosono digelar XC Paragliding National Super League, yang dipusatkan di Trosono. Momentum ini dikolaborasikan dengan Blego Summer Camp. Kemah musim panas itu memiliki view sunrise dan sunset. Juga eksotisme pendar lampu bumi Parang di malam hari.
Selain itu, ada event penunjang seperti parade kesenian tradisional dan bazar UKM/IKM. Termasuk, menghadirkan artis sitkom YouTube dari Woko Channel juga grup dangdut, Republik Metro.
Beberapa waktu sebelumnya, di Gunung Bungkuk juga pernah digelar Kejurda Paralayang Jawa Timur. Sambutan penerbang atas kedua kejuaraan tersebut juga antusias. Masyarakat pun menyambut baik gagasan sport tourism sebagaimana telah berkembang di Kota Batu, Jawa Timur.
Sekarang, tinggal komitmen pemerintah desa juga Pemkab Magetan. Ini terkait pengembangan sport tourism. “Melalui Paguyuban B2 Jaya, pemerintahan desa di selingkar Gunung Blego dan Gunung Bungkuk berkomitmen menyinergikan pembangunan infrastruktur pendukung sport tourism,” ujar Kades Sumono.
Upaya bahu membahu tersebut, dibuktikan dengan ketersediaan home stay. Di Bungkuk ada 10 rumah tinggal yang disulap untuk hunian tamu. Lalu, di Trosono 21 unit, di Sayutan dan Ngunut ada 10 unit home stay.
Juga pembinaan UKM/IKM serta seni budaya lokal untuk mendukung wisata olahraga Paralayang. Tidak hanya itu, akademisi dari ITB Bandung diundang ke Parang untuk memetakan potensi. Serta urun rembug.
Bibit sport tourism makin kuat bersinar setelah salah satu anggota Paguyuban B2 Jaya, Desa Bungkuk masuk Jaringan Desa Wisata Kemenparekraf RI tahun 2022.
“Salah satu stressing tim pendamping dari ITB adalah sport tourism yang mengedepankan budaya serta kearifan potensi lokal. Ini yang akan terus kami gali untuk dikembangkan,” imbuh Kepala Desa Bungkuk, Munirul Ikhwan diwawancarai terpisah.
Dengan kejuaraan dan supporting event yang konsisten, sport tourism di selingkar Gunung Blego dan Gunung Bungkuk diharapkan memberi multiplier effect yang positif terhadap perekonomian desa.
“Terus terang, kami diuntungkan dengan pengembangan wisata Paralayang. Kami jadi ada pemasukan tambahan dari jasa ojek yang dikoordinir desa,” kata Suratno, salah seorang penyedia jasa ojek menuju puncak Gunung Blego asal Trosono.
Tidak hanya itu, di saat Kejuaraan Paralayang, banyak warung dan stan tenda yang buka di puncak Gunung Blego. Bahkan, ada buka hingga malam hari. Terutama, pas hari weekend.
Terlebih, pemandangan di sekitar Telaga Asat memang tersaji indah. Ini tentu diharapkan mampu menjadi pemantik kunjungan wisatawan.
“Saat Kejuaraan Paragliding, anak saya yang jualan di puncak Blego. Lumayan hasilnya,” aku Suharti, warga Trosono yang usaha panggang ayam kampung yang tersenyum semringah.
Di mata penerbang Paralayang, Gunung Blego Trosono itu, memiliki spot luar biasa. Lantaran memiliki thermal yang bagus. Sehingga, pilot mampu terbang terbang tinggi. Tidak cuma itu, kendaraan bisa masuk ke lokasi take off. Mereka bahkan berjanji kembali jika di Parang ada kejuaraan lagi.
Ketua Panitia XC Paragliding National Super League, Mohyar tak menyangka gelaran pertama ini bisa langsung mendunia. Tercatat, ada penerbang Paralayang dari Amerika Serikat, Rusia, Austria, Prancis dan Vietnam yang ikut ambil bagian. Pilot mancanegara ini merasakan sensasi venue Blego Mountain.
“Pilot atau penerbang Paralayang dari dalam dan luar negeri ini berjanji datang kembali ke Gunung Blego jika ada kejuaraan lagi. Ini positif. Artinya, mereka puas atas penyambutan kami,” papar Mohyar, yang juga anggota Fraksi Partai Golkar DPRD Magetan itu.
Tidak hanya sport tourism, dari sisi prestasi, keberadaan venue di kawasan selingkar B2 Jaya juga menjadi penyemangat bagi atlet Paralayang Magetan dalam berlatih. Rutinitas itu untuk menghadapi berbagai kejuaraan. Salah satunya, Porprov Jawa Timur.
Segendang sepenarian, Pengkab FASI Paralayang dan KONI Magetan sebagai induk organisasi membuktikan bahwa kolaborasi wisata dan olahraga akan bisa menggerakkan perekonomian dan tentunya prestasi. Demi Magetan gemilang di pentas olahraga regional dan nasional.
Buktinya, pada Porprov VII Jatim 2022 lalu, cabor Paralayang telah unjuk diri. Yakni, meraih medali untuk kontingen Magetan. KONI Magetan, tentu akan memberikan perhatian lebih dengan olahraga prioritas tersebut.
“Dengan latihan yang rutin dan support dari seluruh stakeholder, medali emas bukan sesuatu yang tidak mungkin. Mimpi kami, kelak lahir atlet Paralayang yang mendunia dari Parang dan Magetan,” terang Ketua Umum KONI, Bambang Trianto, diwawancarai usai Kejuaraan XC Paragliding National Super League.
Gayung pun bersambut, Bupati Suprawoto mengatakan, perlunya pemerataan pengembangan pariwisata di Magetan. Sehingga, tidak melulu terpusat di kawasan Sarangan, Kecamatan Plaosan dan sekitarnya.
Wilayah lain juga layak dieksplorasi lantaran memiliki potensi yang tak kalah apik untuk sektor pariwisata. Seperti Kec. Poncol dengan Wonomulyo Highland, misalnya. Lalu, Kec. Lembeyan dengan Festival Layang-Layang di Kedungpanji.
Kemudian, di Simbatan Kec. Nguntoronadi punya Festival Dewi Sri. Dan, di wilayah Kota Magetan memiliki Festival Soerjo. Juga Festival Benteng Purwodadi di Kec. Barat. Namun, untuk sport tourism, destinasi yang apik di selingkar Gunung Blego dan Bungkuk di Parang.
Itulah sebabnya, orang pertama di Pemkab Magetan ini, sepakat dengan pengembangan sport tourism di selingkar Gunung Bungkuk dan Blego. “Embrionya sudah ada. Paralayang ini ikon Parang,” ujar bupati ketika membuka Kejuaraan XC Paragliding National Super League.
Dikatakannya, memang butuh effort luar biasa dari seluruh stakeholder untuk pengembangan sport tourism di Parang. Dan, saat ini, geliatnya sudah ada dan berada di jalur yang benar.
Lebih-lebih, di Parang juga akan dibangun sirkuit balapan motor. Ini yang sudah pasti akan memperkuat positioning dan brand Parang dengan sport tourism-nya. Tinggal bagaimana memoles agar bisa mengkilap.
“Harapan kami, masyarakat di selingkar Gunung Blego dan Bungkuk ini, bergandengan tangan mewujudkan Parang sebagai destinasi sport tourism yang mengedepankan budaya serta kearifan lokal,” ungkap bupati. (mif/mk)