Rabu, 18 September 2024

Perempuan Kuat Magetan dari Desa Pupus, Merawat ODGJ

Magetan – Jika lirik lagu Manusia Kuat dari Tulus itu diganti “Wanita-wanita kuat itu Kita. Jiwa-jiwa yang kuat yang kuat itu Kita”, maka menjadi pantas untuk dinyanyikan ibu-ibu Tim Penggerak PKK Desa Pupus, Lembeyan.

Betapa tidak, mereka memilih untuk mengurus hal yang tak biasa. Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). TP Penggerak PKK Desa Pupus memiliki Posyandu ODGJ sejak 2019.

Melalui Posyandu tak biasa ini, mereka mengumpulkan ODGJ untuk “dirawat”. Diberi obat dan ketrampilan.

“Mulai dari timbang badan, ukur lingkar perut, cek tekanan darah, diberi obat hingga injeksi,” kata Bidan Desa Pupus, Isnawati.

Bidan Desa dibantu tim Program Jiwa Puskesmas Lembeyan. Pagi itu Posyandu dibuka. Biasanya setiap tanggal 20. Dimajukan karena libur Lebaran.

Ada sekitar 15 ODGJ dari Desa Pupus dan desa lain yang menjadi “peserta”.

“Kami jemput. Para ODGJ ini kalau sudah maunya dengan A, ya si A ini yang bisa menaklukkan sehingga melakukan penjemputan ke rumahnya,” cerita salah satu kader TP PKK Desa Pupus, Musetiarini, Senin (17/4/2023).

Joko Sutikno (38), tidak dijemput. Dia datang jalan kaki bersama kakaknya, Agus yang juga ODGJ.

“Joko ini pernah mengamuk dan kami bawa ke RSJ Nganjuk karena di-bully. Dia ngamuk dan keliling kampung bawa golok. Beberapa hari setelah keluar RSJ, sampai sekarang ikut posyandu. Alhamdulillah, makin ke sini makin bisa diajak berkomunikasi,” kata kader TP PKK lain, Sri Wahyuni.

Menunggu pemeriksaan, Joko Sutikno, coba menganyam. Anyaman dari plastik yang seharusnya membentuk wadah itu coba diselesaikan. Sambil ngomong sendiri. Sudah lebih dari setengah jam, tak sehelai tali anyaman bisa diselesaikan.

Gedung ODGJ

Posyandu ODGJ Desa Pupus memiliki gedung sendiri sejak Juli 2022. Agar, perawatan lebih intensif dan tak “mengganggu”.

“Sebelumnya di Balai Desa. Atas permintaan TP PKK, kami bangun Gedung ODGJ agar penanganannya lebih fokus,” kata Kepala Desa Pupus, Tumiran.

Gedung ODGJ memiliki sedikitnya dua manfaat.

Bisa mempercepat penyembuhan ODGJ dan membantu kerja Tim Program Jiwa Puskesmas Lembeyan.

“Kalau di desa lain, di tempat lain. Kami visit ke rumah ODGJ. Dan, yang terpenting ODGJ membutuhkan dukungan orang lain untuk sembuh. Di sini, mereka bisa berinteraksi satu sama lain, dan diberi ketrampilan,” kata Penanggung Jawab Program Jiwa Puskesmas Lembeyan, Imroatu Siti Umayah.

Kerja-kerja tak biasa yang dilakukan TP PKK ini bermula dari inisiatif, ketuanya. Sri Susana. Kebetulan juga istri Mbah Lurah.

Pada 2019 itu, jumlah ODGJ di Desa Pupus ada sekitar 30.

“Awalnya, gimana gitu kalau lihat ODGJ jalan dengan tak berpakaian. Mereka kebanyakan laki-laki. Akhirnya, kami coba dekati. Diajak berkomunikasi. Berhasil kemudian untuk mengubah penampilan mereka. Rambut dicukur, mandi dan berpakaian rapi,” kenang Sri Susana.

Keberhasilan itu berujung pada ide untuk membuat perawatan lebih lanjut. Berdirilah Posyandu ODGJ.

“Operasional dari dana TP PKK yang berasal dari desa. Sebagian, bahkan ini lebih banyak ya dari kantong pribadi,” kata Sri Susana.

Awalnya, Posyandu cuma tiga orang. Sri Susana dan dua kader TP PKK. Kini, ada 10.

“Pertamanya ya, antara takut dan tidak. Beda sama Bu Lurah yang tidak ada takut-takutnya,” kata Musetiarini.

Sri Susana mengaku mendirikan Posyandu ODGJ karena panggilan jiwa. Dia tak mau warganya yang ODGJ tak dimanusiakan.

“Ini soal memanusiakan manusia. Bahkan, karena malu keluarga kadang menghalangi upaya kami untuk mengobati ODGJ. Yang dibilang sembuhlah, gak ada. Kenyataannya, ada yang kami temukan sedang dipasung,” jelasnya.

Faktanya, jumlah ODGJ di Desa Pupus, menurun. Kini menjadi 20 orang.

“Memang masih ada yang tidak bisa datang. Salah satu kendala kami, memang kendaraan. Kadang kader masih was-was ketika menjemput dengan sepeda motor. Kalau tiba-tiba kumat pas dibonceng kan piye. Kalau ada mobil operasional lebih bisa diminimalkan hal-hal yang tak diinginkan.,” kata Sri Susana.

Posyandu ODGJ Desa Pupus menjadi satu-satunya di Magetan. Pernah meraih juara 2 dalam Jambore penanganan pasien ODGJ tingkat Jawa Timur.

“Pengobatan” ODGJ tak boleh putus, sampai dinyatakan sembuh.

Usai diperiksa, Joko Sutikno membakar sebatang rokok di sebelah kakaknya. Mereka berdua ini, diketahui, sebelumnya mengalami depresi karena masalah cinta. Gagal menikah.

“Sik tak rokokan, Mas. Wis to, selama enek aku, tak bantu ngudari masalahmu,” kata Joko pada kakaknya.

Wanita-wanita kuat itu Kita. Jiwa-jiwa yang kuat yang kuat itu Kita. Wanita-wanita kuat itu Kita. Jiwa-jiwa yang kuat yang kuat itu Kita. (far/mk)

Berita Terkait

Hot this week

Poling Bupati dan Wakil Bupati Magetan 2024

Catatan: Ukuran poster dibuat sama besar, mengambil dari poster...

Warga Kesulitan Air Bersih, Tim Paslon “HEBAT” Kirim Bantuan

Magetan - Musim kemarau yang terjadi di Kabupaten Magetan,...

Diana Sasa: Jangan Salah Pilih Pemimpin, Mbak Ida Telah Melakukan Hal Penting di Dunia Pendidikan Magetan

Magetan – Festival Sastra Iman Budhi Santosa (IBS) gelaran...

Festival IBS #2 Yayasan dBuku Anugerahi Suprawoto sebagai Tokoh Penggerak Literasi Magetan

Magetan – Festival Sastra Iman Budhi Santosa (IBS) menganugerahkan...

Mohon Ijin dan Maaf

ENAM bulan sebelum masa jabatan saya habis, setelah melakukan...
-Advertisement-spot_img

Berita Terbaru

spot_img

Popular Categories