Magetan – Wajah petani Desa Krajan, Kec. Parang, Magetan, tersenyum. Mereka bersemangat menunggu panen raya padi di lahan persawahan mereka. Usia tanaman mereka sudah 90 hari. Ada yang lebih.
Seperti yang dirasakan Suprono, dari Gapoktan Sumber Tani Rejeki Desa Krajan. Suprono optimistis dengan masa depan pertanian organik yang saat ini tengah dikembangkan bersama Dompet Dhuafa.
“Kami kan belum 100 persen organik. Untuk musim tanam ini, masih 50-50 persen. Secara bertahap ketergantungan akan pupuk kimia kami kurangi perlahan,” ujar Suprono tersenyum bungah.
Saat menggunakan pupuk kimia, dari lahan 1/4 hektare yang dimilikinya, mampu menghasilkan padi sebanyak 1,5 ton. Dengan sistem yang dikembangkan Dompet Dhuafa yang menggunakan sistem pertanian organik ini, Suprono optimistis hasilnya bisa lebih banyak.
“Kalau dilihat kelebatan daun memang saat ini kurang lebat. Akan tetapi kalau dilihat dari butiran, buliran dari tangkai padi, jauh lebih banyak. Makanya, saya optimistis,” akunya.
Hal yang sama diutarakan oleh Samsuri, Ketua Gapoktan Sejahtera Desa Krajan. Dengan sistem yang dikembangkan Dompet Dhuafa bersama Arif Mustofa, warga Desa Krajan Kec Parang, yang sukses ini, optimisme Samsuri membuncah.
“Kalau saya optimistis. Panen padi organik ini lambat laun hasilnya akan bagus. Memang untuk yang tanam perdana ini masih adaptasi. Tapi, ke depannya akan baik. Baik dari sisi lahan, baik dari sisi hasil dan baik karena tidak tergantung papa pupuk kimia,” kata Samsuri.
Menurut Arif Mustofa, warga Krajan yang meng-connect-kan gapoktan-gapoktan dengan Dompet Dhuafa, persoalan petani memang kompleks. Mulai dari produksi yang turun, ketersediaan pupuk yang sulit dan harga yang jatuh di saat panen raya.
“Karena itu, dibutuhkan kolaborasi dan juga korporasi seperti yang kami lakukan saat ini. Di mana, mengubah mind set petani itu butuh waktu dan tindakan nyata di lapangan,” ujar Arif yang juga komisaris di Mojosemi Forest Park.
Kata dia, dengan korporasi petani juga kolaborasi dengan Dompet Dhuafa maka akan terjadi sinergi yang positif dan baik. Sebab, di sini petani akan diajari teknologi pertanian dengan mekanisasi. Dan juga pertanian organik. “Hasil pertaniannya kami optimistis akan lebih tinggi,” tutur Arif.
Lantas ke mana hasil akan dijual? Direktur Komunikasi dan Aliansi Strategis Dompet Dhuafa Bambang Suherman mengatakan, berdasarkan kajian strategis Dompet Dhuafa, sektor pertanian ini memiliki banyak mustahik atau kelompok yang berhak menerima zakat.
“Pertanian juga menjadi sektor pengungkit perekonomian nasional. Karena itulah, Dompet Dhuafa turun menggarap sektor pertanian, seperti model di Krajan ini,” kata Bambang.
Di hulu, Dompet Dhuafa mengintervensi petani dengan penyedian saprodi. Sementara di hilirnya, juga menemukan pihak-pihak yang membutuhkan hasil pertanian, seperti beras ini. “Jadi klop antara hulu dan hilir dijembatani oleh Dompet Dhuafa.”
Bupati Suprawoto menyambut positif dari model pertanian yang dikembangkan dan diinisiasi oleh Arif Mustofa dan Dompet Dhuafa ini. Ia berharap intervensi dari hulu dan hilir ini dijadikan model sistem pertanian di Magetan.
“Ini contoh bagus. Syukur bagi ditularkan dan dikembangkan di wilayah Magetan,” kata bupati yang hadir dalam panen raya di Krajan bersama Kadis TPHKP Uswatul Chasanah juga Camat Parang. (ant/mk)