Ada meme yang beredar luas di media sosial, tulisannya begini; Teruslah Berbuat Baik Sampai Orang Mengira Kamu Nyaleg.” Meme ini muncul ketika tahapan kampanye Pemilu 2024 dimulai, 28 November 2023.
Tulisan pada gambar yang tersebar itu, sedikitnya punya dua maksud. Pertama, mengajak kita untuk terus berbuat baik.
Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia Wenseslaus Manggut pernah mengatakan nilai-nilai humanisme sudah meluntur pada era digital ini. Karena, masifnya perkembangan teknologi dan informasi pada berbagai bidang.
Tak heran, ajakan berbuat baik selalu bisa mengisi ruang. Banyak unggahan tulisan dan video yang isinya menginspirasi, mengingatkan kita pada nilai-nilai kebaikan.
Maksud yang kedua, kalau melihat momentumnya, ini paling pas. Merupakan sindiran terhadap para caleg yang mendadak sangat baik. Mulai dari menjalin silaturahmi, padahal ketika sudah menjadi caleg kadang ditemui saja sulitnya setengah mati. Hingga, memberikan berbagai bantuan dengan janji-janji.
Tapi, Diana Sasa tidak begitu. Dia baik sejak dulu.
Suatu ketika, di akhir 2021. Dia mengajak untuk pergi ke tempat korban kebakaran. “Siapa, kadermu?” tanya saya.
Dia menjawab bukan. Anggota DPRD Jawa Timur dari Fraksi PDI Perjuangan itu malah mengaku tak kenal. Yang dia tahu, korban kebakaran itu sudah lanjut usia. Rumahnya dibakar anaknya yang mengalami gangguan kejiwaan.
“Kasihan sekali,” jawabnya singkat.
Sampai di rumah Mbah Sadinah, di Tambakrejo, Kawedanan, Diana Sasa berkomunikasi dengan kepala desa setempat untuk mengupayakan bantuan dari pemerintah. Dia tampak sedang menjalankan tugasnya sebagai anggota legislatif.
Tak lupa, satu dus sembako diberikan dan uang pada Mbah Sadinah.
Rasanya, saat itu Diana Sasa sedang tidak berkampanye agar Mbah Sadinah memilihnya. Tak ada publikasi juga sebagai syarat untuk pencitraan.
Hari ini, Sabtu (6/1/2024), di masa kampanye, Diana Sasa melakukan kebaikan serupa. Bukan kepada korban kebakaran. Tapi, kepada warga miskin di Desa Tunggur, Lembeyan. Dia datang ke rumah Bambang Harnanto.
Diana Sasa datang karena chat koleganya yang bercerita tentang kesulitan keluarga Bambang. Bambang dan istrinya, berjibaku untuk hidup dan sekolah tiga anaknya dengan berternak dan berjualan es.
Bulat tekadnya ke sana setelah melihat foto rumah keluarga itu ada stiker Ganjar-Mahfud. Foto itu dipasang pada dinding depan rumah yang terbuat dari triplek.
Diana langsung mengecek program bantuan pemerintah yang didapat keluarga tersebut. Agar ada program pemerintah yang masih bisa disisipkan.
Tak lupa, sembako, tas sekolah, alat tulis dan uang diberikan pada keluarga tersebut.
“Jangan putus sekolah, hubungi saya kalau ada kesulitan untuk sekolah anak-anak,” pesannya.
Diana Sasa yang tinggal di Mangkujayan Magetan itu, sangat ringan tangan. Dia cepat membantu mereka yang kesulitan. Sampai banyak teman menjulukinya sebagai “dinsos”. Paling tidak, Diana Sasa, tak seperti meme tadi.
Di antara banyak pilihan, pilihlah orang yang berakal dan berakhlak baik. *
*Fariansyah, Pemimpin Redaksi magetankita.com