Magetan – Wajah Pipit (19) berbinar. Dia sangat senang mengikuti Workshop dan Pelatihan Batik Ecoprint di Joglo Kandang Ayem, Tawanganom, Magetan, Senin (29/11/2021).
Raut kegembiraan Pipit tampak sepanjang acara. “Senang sekali,” kata dia yang disampaikan kepada Amelia, juru bicara isyarat.
Pipit meyakini bekal pelatihan ini akan bisa mengisi kesehariannya. Selama ini, di rumah penyandang tuna rungu itu, tak memiliki kegiatan. Dia hanya membantu pekerjaan rumah tangga orang tuanya dan memasak.
“Ini kali pertama saya mengikuti kegiatan pelatihan,” katanya dalam bahasa isyarat.
Workshop dan pelatihan batik ecoprint ini digelar Yayasan Wira Daksa Utama Magetan bersama Kemenpora. Dua hari, Senin-Selasa (29-30/11/2021).
Ketua yayasan, Sri Gunarsih mengatakan pelatihan ini untuk membekali sekitar 50 penyandang disabilitas di Magetan yang berusia produktif, 19 hingga 30 tahun. Pesertanya, penyandang disabilitas seperti, daksa (cacat tubuh), intelektual dan autis.
“Sebagian penyandang disabilitas itu merasa minder, tidak pede karena kekurangan yang dimiliki. Ini merupakan modal bagi mereka agar tidak hanya meratapi, karena di balik kekurangan pasti ada kelebihan. Modal pelatihan ini untuk mencetak pemuda disabilitas yang mandiri,” jelasnya.
Hampir dua tahun pandemi Covid-19, membuat pelatihan tak bisa digelar. Kegiatan ini bagian dari upaya bangkit pasca pandemi.
Belajar mbatik ecoprint ini dipilih karena mudah dikerjakan para penyandang disabilitas dengan bahan dedaunan yang ramah lingkungan.
“Materi bisa diikuti peserta. Kunci mengajari mereka ya cuma sabar,” kata Pemateri Batik Ecoprint, Sri mulyani.
Seperti Pipit, Galdi, penyandang disabilitas dari Belotan, Bendo juga baru pertama kali ikut pelatihan. Galdi sangat bersemangat. Dia belajar dengan antusias agar bisa bangkit, menjadi pembatik ecoprint terkenal di Magetan.
“Doakan ya,” katanya dengan bahasa isyarat. (far/mk)