Plaosan – Bupati Magetan Suprawoto mengajak kaum milenial untuk mencintai pertanian. Menurut dia, salah satu cara agar tak terjadi krisis pangan, anak-anak muda harus terjun.
“Kalau anak-anak muda tidak cinta pada pertanian, ini bisa bahaya karena kalau terjadi krisis pangan yang siap hanya China, Israel, dan Belanda. Indonesia tak masuk sebagai negara yang siap kalau krisis pangan terjadi,” katanya, Sabtu (16/9/2023).
Bupati menyampaikan hal itu di acara Kopi Darat menyambut peringatan Hari Pangan Sedunia, yang Dinas Tanaman Pangan, Hortikulura, Perkebunan dan Ketahanan Pangan (TPHPKP) Magetan di Kebun Refugia, Plaosan.
Acara itu dihadiri berbagai elemen dan komunitas di bidang pertanian.
Kepala Dinas TPHPKP, Uswatul Chasanah mengatakan dinasnya menggelar serangkaian acara untuk menyambut Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada 16 Oktober nanti. Temanya, Air adalah Kehidupan, Air adalah Makanan.
Terkait pangan, Magetan surplus. Hasil panen padi mencapai 230 ribu ton, sedang kebutuhan hanya 65 ribu ton.
Di acara itu, bupati juga menandatangani pembukaan kerja sama dengan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) terkait Media Pembelajaran Adopsi Difusi Teknologi Kendaraan Listrik dan Sistem Penyimpanan Energi.
Menurut Dekan Fakultas Teknik, Solihin As’ad, mengatakan yang dikerjakan di Kebun Refugia merupakan demonstrasi teknologi memanfaatkan sumber daya dengan teknologi.
“Bagaimana mengambil sumber daya dari tenaga matahari kemudian disimpan menjadi energi dalam bentuk baterai,” jelasnya.
Energi dari baterai itu kemudian digunakan juga untuk motor listrik. Dan, hidroponik.
“Ini baru prototype. Teknologi yang digunakan di hidroponik, membuat kerja tani bisa sambil ngopi. Tak terkendala lahan. Dengan rekayasa teknologi bisa juga nanti Sawi rasanya agak manis, misalnya,” kata Pak Bupati.
Menurut Bupati, teknologi ini diharapkan membuat anak-anak muda suka pada pertanian untuk mempertahankan ketahanan pangan. (far/mk)