Magetan – Mbah Sirman berjalan tergopoh-gopoh. Mantan Hansip Desa Janggan, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, Jawa Timur itu, buru-buru menaiki tangga kediaman Mbah Kaminem, lokasi program Sekolah Lansia Tangguh (Selantang). Kakek usia 75 tahun yang masih terlihat lincah ini, lantas menuju meja absen di teras rumah.
Hari itu, Rabu (7/9/2022) Mbah Sirman lupa jika ada jadwal program Selantang. Tadi ia diingatkan putranya. Saat di kebun, waktu ngarit. Kalau tidak dikasih tahu sang anak, mungkin ia absen.
‘’Estu wau supe. Wau kula wastani dereng tanggal pitu. (Benar, tadi lupa. Seingat saya, belum tanggal tujuh, Red),’’ aku dia sembari tersenyum.
Bahkan saking terburu-burunya, ia lupa juga mengenakan seragam. Bukan seragam putih merah SD, putih biru SMP atau putih abu-abu SMA. Mbah Sirman juga lupa mengenakan kalung ID card berpita kuning sebagai tanda pengenal. Di sakunya ada pulpen.
‘’Punya cucu,’’ aku Mbah Sirman sembari memegang pulpen di sakunya.
Setelah absen dan tanda tangan, Mbah Sirman menimbang berat badan. ‘’Kok bobotku mudun, wulan wingi 48 kilo, saiki 46 kilo. Padahal, maemku yo nyengkut. (Berat badanku kok turun, bulan lalu 48 kilo, sekarang 46 kilo. Padahal, makanku ya lahap, Red),’’ ujar kakek empat cucu dari tiga putranya.
Ia juga diperiksa tensi darahnya. Yang memeriksa Mbah Kaminem, si tuan rumah.
‘’Yung, kelase wis suwe leh mlebu (Bu, kelasnya sudah lama masuknya, Red),’’ tanyanya pada Mbah Kaminem.
‘’Kelase urung mlebu, Kung. Wong gurune sik rapat,’’ terang Mbah Kaminem sambil terkekeh.
Mbah Sirman pun tertawa lepas. Terlihat giginya yang hanya tinggal satu di depan. Padahal, saat itu, kelas pembekalan Sekolah Lansia Tangguh hampir selesai. Mbah Kaminem yang mengenakan jarit itu pun mempersilahkan Mbah Sirman masuk kelas pembekalan.
Awalnya, baik Sirman maupun Kaminem sempat takut. Ia sempat gelisah saat diminta ikut program Selantang ini.
“Wong wes tuwa kok dikongkon sekolah (Orang sudah tua kok disuruh sekolah, Red). Engko leh ana PR piye? (Nanti kalau ada PR bagaimana?). Bingung, wedi tambah mumet (Bingung, takut tambah mumet),’’ aku Mbah Kaminem, nenek yang usianya hampir 70 tahun itu.
Tapi, setelah diberikan penjelasan panjang lebar oleh Koordinator PKB Poncol, Margono dan Penyuluh KB, Ervan Yoga Nuswantara, mbah-mbah anggota Kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL) Mawar Indah Desa Janggan itu, menganggukkan kepala. Ikut sekolah khusus orang lanjut usia.
Sekolah Lansia Tangguh ini adalah program dari Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKB dan PPA) Pemkab Magetan. Sekolah tersebut juga berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan, dalam hal ini Puskesmas Poncol.
‘’Pripun mbah-mbah sedaya kabaripun. Sae lan sehat nggih (Bagaimana kakek nenek semua kabarnya. Baik dan sehat?, Red),’’ tanya Margono yang dijawab, ‘’Sami sehat sedaya (sehat semua).’’
Para mbah-mbah, PKB, bidan Puskesmas, kader BKL dan Kepala Desa Janggan Hariyadi lantas meneriakkan yel-yel ala Lansia.
‘’Mbah-mbah pun mboten sah bingung. Ajrih. Sekolah Lansia Tangguh niku mboten wonten PR, mboten wonten ulangan kados zaman SD rumiyen. (Bapak ibu Lansia, tidak perlu bingung. Takut. Sekolah Lansia Tangguh itu tidak ada PR seperti zaman SD dulu, Red),’’ ungkap Margono memberikan penjelasan detail tentang Selantang.
Termasuk, menerangkan bahwa setelah mengikuti sekolah maka diharapkan Lansia akan menjadi Smart atau sehat, mandiri, aktif dan produktif.
Dalam program Selantang ini, kaum Lansia di Desa Janggan akan mendapat ilmu tentang 7 Dimensi Lansia Tangguh. Ketujuh dimensi tersebut, yaitu dimensi spiritual, sosial, emosional, fisik, intelektual, profesional vokasional, dan lingkungan. “Tujuh dimensi tersebut juga menjadi indikator lansia yang sehat secara fisik, sosial, mental, mandiri, aktif, dan produktif,” imbuh Ervan Yoga.
Selain dari Dinas PPKB & PPA, guru pembimbing program Selantang itu juga berasal dari Dinas Kesehatan. Termasuk, dari Kantor Urusan Agama (KUA) Kemenag. Materinya, di antaranya, tentang pola makan yang baik untuk Lansia. Juga problematika kesehatan yang kerap dihadapi oleh orang lanjut usia. Dan, motivasi agar Lansia lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.
Kepala Desa Janggan, Kecamatan Poncol, Hariyadi mengatakan, Pemerintah Desa mendukung penuh program Selantang ini. Bahkan, dirinya juga kaget dengan antusiasme anggota BKL Mawar Indah terkait dengan sekolah Lansia tersebut.
‘’Dari kami, tentu menyambut positif. Apalagi desa Janggan ini menjadi pilot project dari Sekolah Lansia Tangguh di Magetan,’’ terang Hariyadi.
Dikatakan Kades, jumlah anggota BKL Mawar Indah ada sekitar 65 lansia. Kebanyakan adalah Lansia perempuan.
‘’Untuk program-program pemberdayaan seperti ini, kami anggarkan dalam APBD-Desa. Semoga keikutsertaan Desa Janggan dalam program Selantang ini bisa membawa nama baik Magetan di tingkat Jawa Timur,’’ kata Hariyadi.
Program Selantang tersebut akan dilaksanakan selama 12 x pertemuan. Atau enam bulan lamanya. Setelah lulus, para ‘’siswa-siswi’’ akan diwisuda. Kelak, prosesi wisuda dilakukan di Pendapa Surya Graha. Mbah-mbah juga akan mengenakan toga dan jubah tanda lulus ala-ala mahasiswa. Tidak terkecuali ‘’ijazah’’ akan diterima.
Sedang tujuan dari Selantang tersebut adalah meningkatkan pengetahuan dan perilaku Lansia agar tetap sehat. Kemudian, meningkatkan kesehatan Lansia dengan nilai spiritual sehingga husnul khotimah. Lalu, meningkatkan usia harapan hidup yang berkualitas dan berdaya guna dan terakhir meningkatkan kebahagiaan dan kemandirian lanjut usia.
Bupati Magetan Suprawoto yang hadir saat launching program Selantang di Balai Desa Janggan, mengatakan bahwa Lansia harus bahagia. Jangan lagi ada Lansia menjadi beban bagi keluarga. Dengan ‘’bersekolah’’, diharapkan Lansia bisa berkomunikasi dan bersosialisasi secara baik.
‘’Termasuk, Lansia sebisa mungkin agar produktif dengan berbagai aktivitas yang positif,’’ ujar bupati yang saat launching didampingi oleh Kepala Dinas PPKB & PPA, Furiana Kartini tersebut.
Di akhir pembekalan program Selantang, siang itu, Mbah Sirman dan yang lain terlihat bungah. Puluhan Mbah Kung dan Mbah Uti yang berusia antara 60-85 tahun tersebut, tak lagi pusing memikirkan Sekolah Lansia Tangguh.
Mereka melahapi suguhan nasi pecel lauk tempe serta kerupuk lempeng, khas pedesaan. Gurat kebahagian terpancar dari kakek dan nenek anggota BKL Mawar Indah di Desa Janggan. Sebuah desa di lereng timur Gunung Lawu yang berhawa adem.
‘’Pokoknya dibuat senang dan hepi,’’ pungkas Mbah Sukiran, salah seorang peserta saat ditanya tentang program Selantang. (mif/mk)