Suatu saat, seorang Ketua Pepabri sekaligus veteran menyampaikan pesan yang salah satu intinya, “Kita semua, ketika masih aktif berdinas dalam mengemban tugas selalu mengangkat sumpah. Tentu, sumpah itu selain disaksikan oleh mereka yang hadir yang lebih penting disaksikan Tuhan Yang Maha Esa.
Bagi pejabat sekarang yang masih aktif hendaknya meresapi betul bahwa salah satu isi sumpah itu adalah tidak menggunakan jabatan itu untuk kepentingan diri sendiri, kelompok maupun golongan. Sayang, kenyataannya tidak demikian yang terjadi di negeri yang kita cintai ini.”
Beliau juga menyampaikan, mengapa memilih berjuang bukan menjadi pedagang, petani, atau pekerjaan lainnya ketika jaman pergolakan. Alasannya hanya satu, ingin bangsanya harus merdeka. Dan hidupnya harus mempunyai makna. Walau nyawa menjadi taruhannya. Harapannya kelak anak cucunya tidak menderita. Hidup merdeka dan cucunya bisa bermimpi menjadi apa saja.
Kita beruntung lahir di Indonesia. Yang memberikan ruang kepada anak bangsa ini untuk bermimpi menjadi apa saja. Baik laki-laki atau perempuan. Kaya atau miskin. Buktinya, kita pernah punya Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati atau Jabatan lainnya dari kalangan biasa.
Kita juga memberi ruang untuk memilih profesi apa saja. Baik itu laki-laki atau perempuan. Bayangkan di negara lain baru bermimpi saja bisa jadi tidak boleh.
Beruntunglah kita saat ini, apalagi yang telah diberi amanah menjadi pemimpin. Dari level yang paling tinggi sampai dengan paling rendah. Jadi pimpinan di pusat sampai daerah.
Di organisasi pusat maupun daerah. Di organisasi pemerintah maupun organisasi lainnya. Atau berhasil di profesi masing masing-masing. Tentu itu kesempatan yang yang tidak semua bisa dapat yang diberikan Tuhan kepada kita.
Kartini ditakdirkan berusia relatif pendek, tetapi harum Namanya sebagai pahlawan emansipasi wanita bangsa kita. Chairil Anwar meninggal muda sebagai penyair yang dikenang. Supriyadi sebagai tentara Peta meninggal muda meninggalkan nama harum untuk bangsanya.
Menteri Pemuda Supena yang juga meninggal muda di awal pemerintahan RI terbunuh oleh Belanda karena membela tanah air sebagai kusuma bangsa. Betapa bangganya saudara,
Suatu saat kelak kita akan pensiun. Digantikan yang muda-muda. Itu adalah alamiah yang tidak bisa dihindari. Seandainya kita bekesempatan berjalan-jalan dengan anak cucu kita kemudian cucu kita bertanya,”kakek/nenek dulu bekerja dimana dan sebagai apa.” Dengan bangga kita bercerita, kalau dulu kakek/nenek pernah menjadi ini dan itu.
Kemudian cucu kita bertanya,” Prestasi apa yang telah dilakukan oleh kakek/nenek.” Tentu tidak akan kesulitan bagi yang telah menggunakan kesempatan yang baik untuk telah berprestasi dan memberikan kebaikan masyarakat banyak, ketika menjadi pemimpin atau profesi lainnya.
Tetapi sebaliknya, betapa bingungnya pertanyaan cucu kita untuk dijawab ketika kita tidak bisa berbuat apa-apa yang bisa diceritakan atau dipertanggungjawabkan. Atau kita justru menggunakan untuk kepentingan diri sendiri atau kelompoknya. Betapa ruginya kita.
Itu baru menjawab pertanyaan dari cucu saja demikian sulit menjawabnya. Tentu yang tidak menggunakan usianya kesempatan berbuat kebaikan atau bagi yang tidak menyiapkannya. Oleh sebab itu, senyampang kita ditakdirkan Tuhan, diberikan umur panjang dan juga memimpin dalam organisasi apapun dalam level apapun.
Mari kita gunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat banyak agar kita tidak menyesal kelak. Kita bisa mencontoh Kartini, Chairil Anwar, Supriyadi dan Supeno yang berumur relative pendek tapi mengharumkan.
Urip iku urub. Agama kita juga mengajarkan, sebagaimana didhawuhkan Nabi Kita,’ Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” *
Ditulis oleh Bupati Magetan, Dr. Drs. Suprawoto, S.H., M.Si.