Magetan – Kamis telah tiba. Inilah hari yang paling ditunggu Eni Nurhayati, ibu dua anak, warga Selopanggung, Ngariboyo.
Di hampir setiap Kamis, Eni mendapat order membuat roti burger. Pesanan rutin yang didapat dari pemuda sebelah rumahnya, Jainuri Ahmad Affandy.
“Sebulanan ini saya menjadi supplier di dua dapur MBG. Memasok roti burger dan roti tawar. Untuk memenuhi pasokan ini, saya memesan dari usaha kecil di sekitar rumah,” ungkap Jainuri, Kamis (27/11/2025).
Jainuri bercerita mendapatkan pesanan tiap minggunya antara 2.000 hingga 6.000 roti. Pesanan itu dibagi ke beberapa UMKM dan usaha rumahan.
“Karena memang usaha kecil beneran, sehingga tidak bisa dikerjakan satu UMKM. Saya pesannya ke lima usaha rumahan pembuat roti,” katanya.

Eni mengerjakan pesanan roti untuk MBG di dapur rumahnya. Dapur yang direnovasi tipis-tipis dari uang pesangon PHK karena Covid-19 lalu. Uang pesangon PHK dari pabrik di Sidoarjo itu juga yang jadi modal usaha bikin jajanan.
Sejak itu, dia usaha di rumah, membantu ekonomi keluarga. Suaminya tukang bangunan, yang penghasilannya tak tentu. Ada uang kalau ada panggilan.
“Saya buat jajanan, seperti pastel, roti kukus, arem-arem, kletikan. Pesanan dari katering atau orderan arisan kalau mereka ada acara, jadi gak pasti juga,” katanya.
Eni mengaku senang sekarang ada orderan rutin. Paling tidak seminggu sekali untuk bikin roti burger MBG. Dia sampai memanggil satu tetangganya untuk membantu pembuatan roti.
“Gak kuat kalau sendirian. Pesanannya biasanya sekitar 500 roti, jadi saya membayar tenaga tambahan,” ujar Eni.
Satu order roti burger di satu usaha rumahan, paling tidak melibatkan dua tenaga kerja. Jainuri sang pemasok, pesan roti ke lima usaha rumahan. Berarti, sudah 10 orang bekerja untuk roti yang dipesan Jainuri.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Magetan, Ridwan Arief mengakui ada perluasan kesempatan kerja dengan berdirinya dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Magetan.
Saat ini telah dibangun 16 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi di Magetan, 13 sudah beroperasi. Rencananya, untuk memenuhi sekitar 130.000 penerima manfaat mulai dari anak non PAUD hingga SMA/SMK, serta ibu hamil dan menyusui, akan dibangun 48 SPPG di Magetan.
“Rata-rata di setiap SPPG atau dapur MBG itu, ada sekitar 45 sampai 50 karyawan. Ini sudah ada 13 SPPG. Nanti kalau semua berdiri, sekitar dua ribuan orang memiliki kesempatan pekerjaan. Ini belum rentetan pemasok dari UMKM, seperti usaha roti, ikan, ayam dan lain-lain,” kata Ridwan.
Ridwan Arief mengatakan perluasan kesempatan kerja karena program nasional MBG akan mengurangi angka pengangguran di Magetan. Menurut catatannya, pengangguran di Magetan di angka 3,26 persen atau sekitar 13 ribu orang.
“Program nasional MBG, KDMP, membantu pemerintah daerah memperluas kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran. Ini sangat kita sambut baik. Kita juga punya program di luar program nasional, programnya Disnaker, sehingga optimistis angka di tahun depan turun,” tegasnya.
Hitungan pemerintah, tidak sama dengan hitungan supplier. Jainuri masih punya was-was.
“Rantai pasok dari UMKM ini harus dijaga, kalau tidak akan direbut kartel atau industri besar. Pemerintah harus membina UMKM pembuat roti seperti Bu Eni. Memberikan pelatihan roti, atau membantu permodalan alat dan yang lain. Ini baru beberapa dapur loh bagaimana kalau semua sudah berdiri?” jelas Bang Jai, panggilan akrab Jainuri.
Di dapurnya, Eni juga was-was sedikit. Dia harus beberapa kali melihat alat pemanggang rotinya. Oven tangkringnya, kecil dan tak memiliki timer otomatis. Kalau kelewatan, bisa gagal. Di awal-awal, masih sering terjadi, karena dia belajar membuat roti burger dari Youtube. (far/mk)





