Magetan – Stigma dan diskriminasi yang kuat terhadap Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), membulatkan tekad Nurisha Kitana untuk mengadvokasi isu kesehatan mental.
Risha, sapaan akrabnya, mendirikan Gandeng ODGJ, komunitas sosial yang berfokus pada pemberdayaan penyintas gangguan jiwa dan kampanye kesadaran kesehatan mental.
Jadilah mahasiswi Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia itu bergelut di dunia yang masih dianggap tabu, sejak 2021.
“Banyak orang memandang sebelah mata penyintas gangguan jiwa, padahal mereka hanya butuh kesempatan dan ruang untuk tumbuh kembali. Melalui Gandeng ODGJ, saya ingin membuktikan bahwa mereka bisa berdaya kalau kita mau mendengar dan percaya,” katanya, Kamis (30/10/2025).
Sejak dibentuk, Gandeng ODGJ telah aktif di berbagai daerah seperti Jabodetabek, Malang, Surabaya, Solo, Yogyakarta, Madiun Raya, dan Kediri Raya.
Programnya beragam, mulai dari pelatihan keterampilan bagi penyintas, kampanye publik, edukasi kesehatan mental, hingga pendampingan komunitas. Seluruh kegiatan dilakukan secara kolaboratif, sebagian besar melalui donasi publik, dukungan relawan, bahkan pernah menerima hibah dosen FISIP UI.
Pemkab Magetan tahu yang dikerjakan Risha. Melalui seleksi, dia terpilih sebagai Pemuda Pelopor Terbaik Bidang Sosial Kemasyarakatan Kabupaten Magetan Tahun 2025.
Penghargaan bergengsi ini Pemkab melalui Bupati Magetan Kabupaten Magetan pada peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2025, lalu.
Bagi Risha, capaian ini bukan sekadar penghargaan simbolis, melainkan refleksi dari perjalanan panjang advokasinya dalam isu kesehatan mental. Menjadi Pemuda Pelopor, katanya, bukan tentang mengejar panggung, melainkan tentang menjaga pijakan.
“For me, being a Pemuda Pelopor means more than a title. It’s a reminder to stay grounded, to keep walking, keep listening, and keep showing up for others,” tulis Risha dalam unggahan pribadi media sosialnya.

Usai menerima penghargaan, Risha tak berhenti bergerak. Dia juga terlibat dalam proyek penulisan antologi buku “Para Penyala Cahaya dari Lereng Gunung Lawu”, yang diinisiasi oleh Gerakan Magetan Menginspirasi beserta Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Magetan dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-350 Kabupaten Magetan.
Buku tersebut melibatkan 40 penulis, termasuk Ibu Nanik Endang Rusminiarti, Bupati Magetan periode 2025–2030 dan Bapak Suprawoto, Bupati Magetan periode 2018–2023.
Buku ini mendokumentasi kisah inspiratif masyarakat Magetan lintas generasi.
Selain itu, dia juga tengah menyiapkan artikel jurnal pengabdian masyarakat yang mendokumentasikan praktik pemberdayaan melalui Gandeng ODGJ, serta merancang audiensi bersama Bupati Magetan dan para pemangku kepentingan untuk memperluas dukungan bagi penyintas gangguan jiwa.
“Perjuangan ini belum selesai. Justru sekarang waktunya memastikan gerakan ini punya fondasi yang kuat secara hukum dan memastikan keberlanjutannya,” kata Cah Maospati ini.
Kata Risha, isu kesehatan mental jangan hanya jadi wacana, tapi harus jadi bagian dari kebijakan publik. (rud/far/mk)





