Magetan – Rencana pembangunan Ecowisata Bamboo Park di Tinap, Sukomoro memantik Guru SMA 1 Magetan, Eko Adri Wahyudiono, menulis pengalamannya saat berkunjung ke Hutan Bambu Arashiyama, Kyoto, Jepang.
Pengalaman guru Bahasa Inggris itu ditulis di rubrik opini, Kompasiana, Rabu (28/6/2023). Tulisan yang dibuat setelah membaca berita yang dimuat magetankita.com (19/6/2023) itu kemudian menyebar di aplikasi perpesanan Whatsapp.
Eko bercerita destinasi hutan bambu di Jepang, lokasinya berada di sebelah barat Kota Kyoto. Tepatnya di desa Sagano. Bisa dikunjungi dengan bus atau kereta api dari Stasiun Saga ke Arashiyama.
Jembatan Togetsukyo yang membentang di atas sungai Katsura menjadi pintu gerbang indah yang menyambut wisatawan.
Eko mengatakan ada beberapa konsep yang perlu ditiru dari hutan bambu Arashiyama.
“Kita tidak perlu merasa minder bila meniru atau mengadopsi konsep dunia pariwisata dari negara lain dengan tetap mengedepankan kepribadian dan karakter luhur bangsa kita sendiri,” katanya.
Eko mengatakan konsep destinasi hutan bambu di Magetan adalah artificial alias buatan, sedangkan di Kyoto adalah natural (alam). Jenis pohon bambu yang tumbuh di Arashiyama adalah jenis homogen, yakni Bambu Moso (Phyllostochys edulis). Sedangkan jenis pohon bambu kita heterogen atau beragam. Seperti bambu ampel, petung, apus, gendang dan lainnya.
Bangunan di hutan bambu Arashiyama, masih terjaga orisinalitasnya seperti bangunan rumah kayu masa Jepang kuno. Sedang, untuk Magetan, rencananya akan dibangun lebih modern. Misalnya, Tower pandang, tempat ibadah, water boom, embung, camping ground, homestay dan fasilitas lainnya.
“Keterlibatan masyarakat setempat dalam penyerapan tenaga kerja di destinasi wisata hutan bambu di Jepang sangat terorganisir rapi sehingga para pengunjung merasa nyaman dan ikut menjadi bagian untuk berperan aktif layaknya warga setempat. Konsep ini layak dan harus ditiru oleh Magetan,” tambahnya.
Konsep pengembangan produk kerajinan khas bambu dan souvenir di Arashiyama di Kyoto mampu menambah pendapatan asli daerah (PAD) di sana. Untuk itu, Magetan harus proaktif dalam prospek kuliner serta produk unggulannya dan harus bisa mengambil kesempatan dalam peningkatan perekonomian warga Magetan.
“Dampak yang akan didapat dalam jangka pendek, keberadaan destinasi wisata hutan bambu sebagai Ekoeduwisata akan menambah pendapatan individu dan masyarakat dari hasil produk unggulan, kuliner dan souvenir di tempat wisata hutan bambu di Magetan,” jelasnya.
Menurut Eko, untuk jangka menengah dan panjangnya, disamping berkontribusi atas restribusi pajak pendapatan asli daerah, juga nama Kota Magetan akan semakin populer sebagai destinasi wisata unggulan di kawasan regional maupun nasional. (far/mk)