Sabtu, 25 Oktober 2025

Sejarah Magetan

DUA BELAS Oktober 2025 tahun ini, kabupaten Magetan genap berusia 350 tahun berdasarkan penetapan sejarah kelahiran Magetan yang disusun oleh team penelusuran sejarah yang dibentuk oleh pemkab era dahulu.

Usaha luar biasa penelusuran yang dilakukan oleh team patut dihargai mengingat akses informasi waktu itu tidak semudah jaman sekarang, ditambah lagi bukti otentik berupa dokumen atau artefak tentang Magetan sangat sulit ditemukan bahkan sampai sekarang.

Hasil penulisan tersebut nyaris tidak pernah dikaji ulang,dikritisi, ataupun diperkaya dengan data temuan tambahan untuk upaya penyempurnaan atau koreksi sehingga mendekati standar ilmiah ilmu kesejarahan, sehingga sampai sekarang banyak kita temukan kerancuan, perbedaan data informasi terutama menyangkut tata urutan pejabat bupati Magetan.

Lihat saja data yang tertulis di Tugu Nol Kilometer Magetan, berbeda dengan data situs resmi pemkab Magetan ataupun data di Wikipedia yang tersebar luas di media online. Belum lagi masalah narasi tokoh dan peristiwa berdirinya Magetan yang dikenal masyarakat umum sebagai Babad Magetan yang sebenarnya bukan masuk kategori Babad menurut standar kesejarahan.

Penetapan awal berdiri sebuah kota/kabupaten memang selalu menjadi polemik di banyak kota. Minim sekali dokumen pendukung yang ditemukan, kecuali jika kita merujuk penetapan hari jadi dengan mengacu pada era kolonial Belanda dimana budaya penulisan dan kearsipan sudah biasa diterapkan. Tetapi banyak pihak tidak setuju dengan standar produk penjajahan, ditambah lagi ada unsur glorifikasi semakin tua usia suatu daerah maka semakin membanggakan.

Magetan telah menetapkan 12 Oktober 1675 sebagai tanggal berdirinya, team pada waktu itu pasti memiliki dasar pemikiran walaupun alasan penetapan tidak pernah diulas atau ditulis dalam buku yang diterbitkan. Masa itu adalah peralihan era Amangkurat I ke Amangkurat II di jaman Mataram baru.

Narasinya seperti kebanyakan naskah legenda atau cerita tutur mitologi dikisahkan sebagai babat alas pembukaan wilayah baru, hal yang sebenarnya bisa dipastikan keliru mengingat banyak bukti kesejarahan berupa artefak, candi dan prasasti dari era pra sejarah sampai era klasik ditemukan tersebar di wilayah Magetan yang menandakan sudah ada tata masyarakat pada waktu itu.

Saya pribadi tidak mempermasalahkan penetapan tanggal hari jadi, apalagi mengganti tradisi bukan hal mudah untuk dijalani, akan tetapi kerancuan data sejarah harus dikoreksi. Periodesasi dan narasi sejarah harus sinkron dan didukung data yang memadai. Dalam ilmu sejarah ada paradigma bahwa kebenaran berlaku sampai data kebenaran lain ada.

Sejarah bukan sekedar cerita,di dalamnya ada nilai pembelajaran dari berbagai sisi. Magetan pernah memiliki tokoh-tokoh hebat, sebut saja bupati RMA Hadi Winoto sebagai salah satunya, yang di masa jabatannya Magetan mengalami kemajuan luar biasa sehingga dijadikan role model untuk seluruh wilayah tanah jajahan Hindia Belanda di berbagai belahan dunia.

Pada masanya,Sarangan menjadi 3 besar destinasi wisata di pulau Jawa yang meliputi Priangan, Sarangan, dan Bromo. Kerjasama antara pengusaha wisata Sarangan di bawah organisasi VOSO ((Vereniging Opbloei Sarangan en Omgeving) dengan pemerintah daerah sangat solid menyebabkan pembangunan wisata berkembang sangat pesat.

Pembangunan infrastruktur secara masif meliputi pembangunan ruas jalan, pertanian dengan organisasi Mardi Poerno nya,rumah sakit dengan organisasi Mardi Dojo nya, jembatan penghubung Magetan-Tawangmangu yang bahkan Magetan bersedia menanggung sebagian besar dananya adalah cerminan kepemimpinan visioner dari seorang bupati asli putra daerah Magetan.

Peristiwa-peristiwa tersebut baru saja terjadi sekitar 100 tahun yang lalu, rentang waktu yang bisa dikatakan belum lama jika mengacu standar waktu periode sejarah yang berjalan sangat lama, tetapi kisah keberhasilannya nyaris tak terdengar, tak mau didengar atau berusaha dilupakan alih-alih untuk diambil hikmah pelajarannya.

Sejarah adalah pola baku peristiwa, dia terjadi di masa lalu-sekarang-atau masa depan, hanya berbeda konteksnya saja. *

*Ditulis oleh, Putut Sayoga, Komunitas Sejarah Wukir Mahendra.

1 KOMENTAR

  1. Sejarah Magetan tulisan yang mengundang minat saya untuk membacanya karena kebetulan pada 2014 anak saya nyantri disebuah ponpes di Sukomoro Magetan. Saya asli dari Kab OKU Sumsel tetapi sejak 1993 saya Mukim di Solo hingga sekarang. Saya tunggu tulisan mas Putut berikutnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terkait

Hot this week

Berita Terbaru

spot_img
spot_img

Popular Categories