Magetan – “Kapan iki kok gak ndang diawiti?” begitu tanya warga Desa Puntukdoro, Plaosan, melihat pembangunan TPS 3R tak segera dimulai.
Masyarakat yang mendorong agar desa memiliki TPS 3R. Mereka yang memiliki kesadaran agar sampah bisa dikelola. Agar sampah tidak dibuang di sembarang tempat.
“Kami memang tidak bisa melakukan apa-apa, apalagi sampai menindak warga. Karena desa belum memberikan solusi. Sampah dibuang ke tegalan, kebon, kali, hingga saluran irigasi. Meskipun papan larangan membuang sampah sudah ada.,” cerita Kades Puntukdoro, Cintoko Samudro, Rabu (10/9/2025).
Sampah di mana-mana. Sampai mencemari air untuk pertanian yang menjadi sektor utama mata pencaharian warga desa Puntukdoro.
Warga kemudian sadar, betapa pentingnya mengurus sampah. Ini sejalan dengan visi misi Kades Cintoko. Pengelolaan sampah menjadi program prioritas desa.
“Saya mengajukan proposal ke mana-mana termasuk pemkab. Nihil, masih antre. Sementara, sampah sudah mulai mencemari air irigasi pertanian yang membuat produksi sayur menurun karena penyakit. Tanaman sayur ini menjadi penopang utama warga,” katanya.
Kades Cintoko memilih kebijakan yang tak populer. Kalau yang lain membangun infrastruktur jalan, dia membersamai kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah.
Desa memutuskan untuk membangun secara mandiri TPS 3R dari dana desa. Meskipun, menelan biaya sekitar Rp300 juta.
“Kami sudah gak bisa menunggu lagi. Kami bangun, dan beroperasi sekitar 4 bulan lalu,” ungkapnya.

Dari lima dusun, saat ini tiga dusun sudah bisa dikelola sampahnya. Dari tiga dusun itu, tiap harinya, TPS 3R ‘Resik Tumoto’ mengelola sekitar 500-700 kwintal sampah.
“Kami mengambil sampah dari warga di tiga dusun itu. Sampai di TPS, kami pilah. Sampah organiknya kami olah menjadi kompos. Sebagian yang tak bisa diolah, kami bakar. Residunya, masuk ke kompos,” jelas pengelola TPS 3R, Jarwo.
Sampah selesai di Puntukdoro. Tak ada yang perlu dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Dalam waktu dekat, dua dusun lain juga akan dicover. Warga bergotong-royong, dengan iuran sebesar lima ribu rupiah.
Kini, tak ada sampah berserakan di Puntukdoro.
“Jangan sekadar ada, tapi TPS harusnya dibuat untuk menyelesaikan persoalan sampah. Kami sudah, tapi daerah lain belum, terutama daerah di atas kami, maka pencemaran karena kerusakan lingkungan masih ada,” ungkapnya.
Desa Puntukdoro menunggu desa lain untuk memiliki kesadaran yang sama, kesadaran untuk tidak merusak lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan. (adv/far/mk)