Magetan – Tidak hanya minyak goreng yang langka dan harganya mahal. Tapi, kedelai pun mulai melambung tinggi. Kenyataan ini membuat pengusaha tempe di Magetan harus bersiasat.
“Mengecilkan ukuran tempe adalah siasat kami. Sebab, jika dinaikan lagi juga nggak mungkin. Pembeli banyak yang tidak mau kalau harga dinaikkan. Terpenting lagi, saat ini, kami bertahan saja,” kata perajin tempe di Desa Banyudono, Kec. Ngariboyo, Sarni, Minggu (20/02/2022).
Saat ini, dalam dua pekan, harga bahan baku kedelai mengalami kenaikan hingga Rp11.000 per Kg. Sebelumnya, harga berada di angka Rp9.500 per kilogram.
Agar bisa nututi dengan kenaikan harga bahan baku, produsen tempe rumahan seperti Sarni, menyiasati dengan memperkecil ukuran tempe.
“Piye neh ya mas, regane mbiyen jane ya wis diundakna, mosok arep diundakna maneh. Siji-sijining cara, ya ukuran tempe rodok dicilikne,” aku Sarni dalam bahasa Jawa.
Agar bisa mereguk untung, lanjut Sarni, bahan baku kedelai pada kisaran harga Rp8 ribu hingga Rp9 ribu per kilogram.
Sebelumnya, harga tempe bungkus daun, harganya telah naik. Dari Rp3 ribu menjadi Rp4 ribu per 10 biji. Kenaikan Rp1.000 tersebut, para produsen tempe di Magetan mengaku baru bisa balik modal.
Menurut Galih, pedagang di Pasar Sayur Magetan, membenarkan adanya kenaikan harga kedelai. Kenaikan harga yang mencapai Rp11.000 yang semula Rp9.000 per kilogram ini terjadi sejak dua pekan ini.
“Akibat pandemi Covid-19, impor kedelai dari luar negeri tertunda. Mungkin juga dikenai biaya tambahan karantina di pelabuhan,” ungkap Galih. (ant/mk)