
Magetan – Bagi Pangajoman, keris adalah panggilan jiwa. Karena itu, Wakil Ketua DPRD Magetan ini, terpanggil untuk melestarikan warisan budaya nenek moyang Nusantara tersebut.
“Selain warisan budaya bangsa, keris itu memiliki nilai-nilai dan filosofi yang adi luhung. Bayangkan saja seorang empu yang baik luar dan dalam bisa menciptakan keris dengan alat tradisional. Ini luar biasa,” terang Pangajoman, Jumat (25/11/2022).
Bahkan, keris Indonesia sudah dikukuhkan sebagai warisan budaya dunia non-bendawi manusia oleh UNESCO di tahun 2005. Ini menjadi bukti bahwa seni budaya mbah-mbah kita dahulu, amat visioner dalam memandang perkembangan zaman.
Berbicara keris, Pangajoman mengaku bisa belajar banyak hal. Mulai seni kriya, dan bagaimana teknik metalurgi-nya. Juga belajar tentang filosofinya. “Nenek moyang kita itu, ternyata sangat literate. Sangat cerdas,” ungkap Ketua DPC Partai Demokrat tersebut.
Pangajoman sendiri mengaku memiliki sejumlah keris. Ini dia koleksi sejak belasan tahun lalu. Seperti keris yang dipamerkan di Pameran Tosan Aji II, di Pendopo Surya Graha Magetan, saat ini.
Salah satunya keris Naga Liman. Kata Pangajoman, filosofi keris ini Keris Naga Liman merupakan simbol keteguhan dalam memegang sebuah amanah serta bagaimana menjadi manusia yang selalu ikhlas berbuat baik dan bermanfaat bagi orang lain, dimanapun ia berada.
“Keris Naga Liman itu simbol seorang pemimpin cerdas. Kecerdasan di sini bukan berarti cerdas untuk kepentingan pribadi, namun cerdas dalam memimpin yang bertanggung jawab kepada rakyatnya atau yang dipimpinnya,” tutur Pangajoman menerangkan koleksi keris miliknya.
Dari situlah, Pangajoman mengajak pada generasi muda untuk nguri-nguri budaya leluhur seperti keris. Sebab, jika kita kehilangan jejak budaya maka hilanglah peradaban bangsa ini. “Perang yang paling ngeri adalah perang budaya. Jika kita kalah, hilanglah semuanya,” ungkap dia. (mif/mk)