Magetan – Boleh dikata, Bupati Suprawoto ini adalah seorang kutu buku. Betapa tidak, di rumah dinas di kawasan Pendapa Surya Graha Magetan, terdapat koleksi sekitar 5.000 judul buku.
“Di rumah Surabaya, kira-kira ada 5.000 judul buku lagi. Jadi mungkin total ada sekitar 10.000 judul buku koleksi saya,” ujar Bupati Suprawoto dalam suatu kesempatan pada magetankita.com.
Suprawoto memulai mengoleksi buku semenjak memiliki penghasilan sendiri, pasca diterima sebagai abdi negara. Saat itu, beberapa tahun selepas lulus kuliah di UGM Jogjakarta.
“Waktu masih kuliah dulu, untuk mencari materi tugas kuliah, saya seringkali masuk perpustakaan kampus lain. Dari situ, saya membulatkan tekat jika nanti punya penghasilan, tiap bulan minimal beli satu buku,” ungkapnya.
Komitmen tersebut berlanjut saat kerja sebagai PNS di Surabaya, kerja sebagai Sekjen Depkominfo, hingga pulang kampung sebagai Bupati Magetan.
“Bagi saya, orang terpelajar itu pemilik masa lalu. Dan, orang yang mau belajar itu pemilik masa depan,” tutur Suprawoto, bapak tiga putra tersebut.
Lulusan S3 dari Univ Brawijaya Malang ini, mengaku setiap mengunjungi kota-kota di Indonesia, pasar loak buku pasti menjadi salah satu destinasi favoritnya. Mengunjungi pasar buku, bisa melepas dahaga literasi yang menjadi hobinya sejak mengenyam bangku pendidikan.
Bagi pria kelahiran 1956 yang berzodiak Aquarius ini, mengaku, tempat favorit di rumah dinas bupati adalah ruang perpustakaan pribadi. Bahkan, di ruangan ini, terhampar kasur lantai. Spreinya bunga warna merah bercampur hijau.
Perpus pribadi itu seluas kira-kira 3 meter x 10 meter. Di sisi utara ada rak buku memanjang setinggi 2 meter. Di depan ada kursi kodok dan meja. Terus ada tumpukan buku. Cetakan baru dan buku lawas.
“Salah satu favorit saya biografi. Saya suka biografi Bung Hatta. Banyak cerita menarik dari buku tersebut. Saya bahkan merinding saat membacanya.”
Katanya, istrinya Ny. Titik Sudarti dan ketiga anak paham akan hobi membaca dan mengoleksi buku. “Karena ketika saya lagi bercengkerama dengan keluarga dan pamit mau ke perpustakaan, istri dan anak-anak sudah paham serta tidak berani mengganggu. Kecuali cucu,” papar Suprawoto sembari tertawa.
Buku koleksinya tersebut, semua sudah dibacanya. Terkadang ada yang dibaca berulang. “Saya banyak belajar dari buku. Bagi saya, sejarah dan cerita itu pelan-pelan akan hilang jika tidak ditulis,” ujar Suprawoto yang telah menelurkan beberapa karya buku.
Bupati itu juga masih aktif menulis artikel di majalah berbahasa Jawa, Penjebar Semangat. Ia juga mengumpulkan tulisannya di Penjebar Semangat dalam kurun waktu 2009-2022 ini.
Bupati ke-31 Kabupaten Magetan ini telah menulis nam buku. Termasuk otobiografi yang dia tulis dalam bahasa Jawa, Dalane Uripku. Ia juga menjadi kolumnis di berbagai media mainstream.
“Saran saya, belilah buku walaupun itu buku bekas,” tuturnya. (mif/mk)