MITOS, fakta, atau kebetulan. Bahwa, bupati Magetan itu selalu berasal dari lor kali. Lor kali atau utara sungai yang dimaksud adalah utara Sungai Gandong yang membelah wilayah Kabupaten Magetan.
Hampir setiap jelang pelaksanaan pilkada, selalu muncul keyakinan di sebagian Masyarakat, bahwa bupati nantinya berasal dari lor kali. Siapapun dia, dari partai apa, dan siapa pasangannya, pasti rumahnya berada di lor kali.
Munculnya keyakinan sebagian masyarakat itu, tentu bukan tanpa alasan. Sebab, selama dua dekade ini, bupati Magetan memang selalu berasal dari lor kali. Mulai dari Bupati H Saleh Muljono yang berasal dari Kelurahan Manisrejo Kecamatan Karangrejo.
Kemudian Bupati Sumantri yang menjabat dua periode juga berasal dari Desa Kedungguwo Kecamatan Sukomoro. Terakhir, Bupati Soeprawoto juga berasal dari Keluarahan Kraton Kecamatan Maospati. Bahkan, PJ Bupati saat ini juga berasal dari Kelurahan Terung Kecamatan Magetan, yang berarti juga berasal dari lor kali.
Fakta-fakta inilah yang menjadikan sebagian masyarakat meyakini, bahwa bupati Magetan hasil Pilkada November nanti, juga berasal dari lor kali. Kebetulan juga, dari beberapa kandidat yang muncul saat ini, mayoritas juga berasal dari Lor Kali. Seperti Hj Nanik Endang Rusminarti atau Bu Mantri yang berasal dari Sukomoro, M. Nur Sodiq yang berasal dari Maospati, dan Hergunadi juga dari Magetan Kota lor kali. Sementara kandidat calon bupati yang berasal dari Kidul Kali saat ini hanya H Sujatno, yang berasal dari Kawedanan.
Terlepas itu hanya mitos atau sekedar kebetulan, ada fakta obyektif yang mendukung seorang kandidat dari Lor Kali memenangi pilkada Magetan. Yakni faktor geografis dan demografi.
Secara geografis, Kali Gandong itu membelah kabupaten Magetan mulai dari air terjun Tirto Gumarang, melintasi Desa Dadi, Sumberagung di Kecamatan Plaosan, kemudian melintasi Keluarahan Mangkujayan di Magetan, Kalangketi di Sukomoro, Pingkuk di Bendo, hingga bermuara di Desa Kerik dan Madigondo Kecamatan Takeran.
Dari kondisi tersebut, dapat dilihat bahwa wilayah sisi utara atau lor kali Gandong lebih luas dibanding sisi Selatan. Dimana, sisi utara terdiri dari 10 kecamatan sedangkan sisi Selatan hanya delapan kecamatan. Pun secara demografi, pemilih lor kali juga lebih banyak dibanding pemilih kidul kali. Berdasar data pemilih tetap yang dipublikasikan KPUD Magetan, pemilih dari Lor Kali berjumlah sekitar 295 ribu pemilih. Sedang pemilih kidul kali sejumlah 244 ribu. Dan secara sosiologis, pemilih akan cenderung tertarik dan memililh kandidat yang memiliki kedekatan geografis daripada yang jauh.
Akan tetapi, kemajuan teknologi informasi dan media sosial telah merubah banyak hal. Kondisi geografis, jarak, dan wilayah bukan lagi menjadi sekat. Warga masyarakat bisa terhubung dan berinteraksi dengan siapa saja dan dimana saja menggunakan platform media sosial. Sehingga, popularitas dan kedekatan tidak selalu dimaknai secara fisik. Akan tetapi bisa dibangun melalui dunia maya dan dunia digital.
Lantas, apakah pemenang pilkada November nanti juga berasal dari lor kali ? Belum tentu. Pasalnya, pada pilkada nanti akan diikuti sekitar 245 ribu pemilih millenial atau sekitar 46 persen dari total pemilih.
Pemilih millenial tentu memiliki pendekatan dan pandangan berbeda dalam menentukan pilihan bupati. Bukan semata-mata persoalan geografis. Sekali lagi, kaum millennial sudah tidak lagi menjadikan jarak, wilayah, dan geografis sebagai sekat.
Oleh sebab itu, bagi kandidat calon bupati yang berasal dari lor kali jangan jemawa. Juga yang berasal dari Kidul Kali, tidak perlu berkecil hati. Pilkada merupakan kontestasi memperebutkan kepercayaan rakyat Magetan yang berjumlah 538 ribu. Mereka tersebar di 18 kecamatan dan 235 desa dan kelurahan.
Sehingga, untuk memenangi pilkada, pasangan kandidat harus benar-benar bisa merebut simpati masyarakat Lor Kali dan Kidul Kali. Yang muda maupun yang tua. Yang berpendidikan atau kurang Pendidikan. Yang tinggal di kota atau di desa.
Dan yang tak boleh dilupakan, kandidat juga harus memiliki senjata andalan. Yakni 3 J. Jeneng, Jenang, dan Jaringan. *
*Ditulis oleh: Didik Haryono, Mantan Kades Soco yang sedang menyelesaikan Magiser Kebijakan Publik di Universitas Airlangga Surabaya.