Magetan – Ini bukan cerita Oemar Bakri, lagu karya Iwan Fals. Tapi, ini kisah Abdul Cholik Asrori, warga Desa/Kecamatan Ngariboyo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Bukan lantaran gila kerjaan, Rori, sapaan akrabnya, sehari-hari melakoni tiga profesi sekaligus.
Di pagi hingga siang, ia mengabdi sebagai guru honorer di SDN Negeri Selorejo 1 Kecamatan Kawedanan. Lalu, setelahnya Rori jualan susu murni dan susu blend di rumahnya, selatan perempatan lampu merah Ngariboyo. Malamnya, ia menjadi ustadz di TPQ Masjid Al-Asyari Ngariboyo.
‘’Mengajar di TPQ ini adalah pesan kiai di pondok. Dawuh (kata, red) beliau, jika kamu punya ilmu, bagikanlah walaupun sedikit. Ra ketang mblajari ngaji (meski hanya mengajar mengaji, red) anak-anak. Insha Allah barokah,’’ terang Rori, Jumat (25/11/2022).
Semua dilakoni Rori dengan sepenuh hati. Baik menjadi guru GTT di sekolah, jualan susu dan mblajari membaca Alquran puluhan santri kecilnya. Tidak ada kata mengeluh ataupun sambat. Baginya, mengajar di SDN Selorejo 1 adalah pengabdian.
Sedangkan aktivitas jualan susu merupakan ikhtiar mencari rejeki. Dan, ngajari ngaji itu bentuk syukur dan ibadahnya.
Selepas sekolah dasar, pemuda kelahiran 1996 ini mondok selama enam tahun di PP Darul Mayak Ponorogo. Ia juga sempat ngaji di Pondok Quran Al Hasan juga di Kota Reyog. Sebelumnya, akhirnya kuliah di IAIN Ponorogo.
Selesai kuliah, Rori pulang kampung. Dia merintis usaha jualan susu dengan brand Sumur. Ini susu murni dengan aneka rasa. Jejaring susu murni ini dia dapat dari temannya.
Sehari, dia mampu menjual 5-10 liter susu. ‘’Kemudian, juragan tempat mengambil susu, menghibahkan gerobak dan alat pres gelas. Akhirnya, buka di rumah sampai sekarang.’’
Dari sinilah, kisahnya mengajar di SD Negeri Selorejo 1 dimulai. Saat itu, ia ditawari saudaranya mengajar dan menjadi guru Pendidikan Agama Islam di SD tersebut. Karena, guru lamanya resign.
‘’Saya sempat timbang-timbang. Akhirnya, saya terima tawaran ngajar sebagai GTT,’’ ungkap Rori.
Seiring berjalannya waktu, Rori masih menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, di sekolahan. Sebab, ia harus berhadapan dengan setidaknya 30 siswa di SDN Selorejo 1.
‘’Pertama tidak linier dengan ilmu saat kuliah. Karena, di IAIN saya ambil jurusan hukum syariah. Kemudian, saya kuliah reguler lagi di STAIM Ma’arif Magetan jurusan Pendidikan Agama Islam,’’ cerita dia.
Banyak suka ketimbang dukanya mengajar di sekolah dasar. Rori mengaku mendapat pengalaman baru di sekolahnya. ‘’Saya belajar banyak tentang pengendalian diri. Juga ilmu sabar,’’ tutur dia.
Rori juga jadi teringat saat masa-masa sekolah dulu. Merasakan betapa beratnya menjadi seorang guru. Apalagi, guru honorer. ‘’Semacam flashback ke zaman SD. Dimana waktu itu saya juga murid bandel,’’ ujar dia sembari tersenyum.
Yang paling berkesan, kata dia, saat menanyai satu persatu anak didiknya tentang cita-cita mereka. ‘’Ketika semua anak memilih cita-cita jadi polisi, TNI, guru, dokter, ada satu anak yang bercita-cita jadi presiden. Ini surprise menurut saya.’’
Dengan tiga profesi sekaligus itu, Rori harus pandai mengatur waktu. Pagi hari, ia fokuskan tenagadan pikiran di sekolah. Selepas itu, ia jualan susu. Baik offline maupun online. Malamnya, ia ngajari ngaji Alquran di TPQ.
‘’Di TPQ, itu murni ibadah. Untuk menarik minat anak agar mau ngaji, kadang-kadang anak-anak saya pancing dengan hadiah atau jajanan,’’ kata Rori.
Inilah perjuangan Rori, guru GTT yang juga berjualan susu dan menjadi ustadz ngaji di masjid di desanya. Di Hari Guru ini, Rori bertekad memberikan pengabdian terbaik.
Menjadi penunjuk jalan dan penerang bagi anak-anak dalam menghadapi masa depan. (mif/mk)