Magetan – Saat sejumlah tempat berlomba mempercantik diri agar dikunjungi wisatawan, Telaga Wahyu Sarangan, justru sebaliknya. Beberapa fasilitas yang dibangun 2018 lalu, dibiarkan mangkrak. Toilet, kios cinderamata, plasa kuliner, trotoar, hingga pergola. Pembangunan fasiltas itu sudah menghabiskan biaya senilai Rp1,1 Milyar dari Dana Alokasi Khusus (DAK).
Walhasil, bak menjaring angin, upaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magetan untuk ‘menjual’ Telaga Wahyu, menjadi percuma tiada berguna.
Padahal, sebelum pembangunan ada sampai 15 pedagang. Kini, tinggal 4, karena sepinya pengunjung.
“Pada saat pembangunan para pedagang disuruh pindah, namun setelah jadi kami tidak bisa menempati hingga hari ini, 3 tahun lebih. Kami terpaksa membangun warung di dalam kawasan telaga seadanya,” kata salah satu pedagang, Dedi, Jumat (28/01/2022).
Senada dengan Dedi, pedagang lain menilai pembangunan yang kemudian tidak dimanfaatkan membuat kesan kotor sehingga memperparah minat pengunjung.
“Sepi sekali, paling hanya para pemancing. Mungkin kalau bangunan ini dimanfaatkan akan ramai Kembali,” ungkap pedagang lain, Pri.
Kabid Pengelolaan Pariwisata Magetan, Eka Radityo, mengakui pemkab tak belum bisa memanfaatkan bangunan di Telaga Wahyu. Sebabnya, karena refocusing anggaran di masa pandemi.
“Sebenarnya tahun 2021 kemarin, kita anggarkan untuk perbaikan sebesar 200 Juta, namun terdampak pandemi sehingga batal. Sebagian bangunan memang rusak, mulai dari plafon dan pintunya pecah,” katanya.
Pemanfaatan kios cinderamata dan plasa kuliner di Telaga Wahyu masih menunggu hasil taksiran dari Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) untuk penentuan nilai sewa bagi pedagang.
“Saat ini sudah keluar dari KPKNL Madiun, nilai sewa bagi kios kurang lebih 6 juta rupiah pertahun. Ini pun masih kita kaji lagi apakah memberatkan pedagang,” imbuh Eka. (far/mk)