Magetan – Kawasan Magetan utara kelak bisa jadi sentra melon. Ini setelah empat kali berturut di Desa Klagen, Kec. Barat, panen buah melon.
Hari ini, Rabu (17/3/2021), dilaksanakan panen raya di lahan Agribisnis Hortikultura Komoditas Melon Kampung Tangguh Semeru Desa Klagen.
Panen besar tersebut dihadiri Bupati Suprawoto. Orang pertama di pemkab itu didampingi Kepala Dinas Tanaman Pangan dan HPKP, Uswatul Hasanah Camat Barat Yok Sujarwadi dan Forkopimca.
Bupati menyampaikan bahwa Magetan memang perlu inovasi yang luar biasa. Seperti Desa Klagen, saat ini, yang awalnya tidak mungkin bisa ditanami buah melon justru menuai keberhasilan panen melon untuk keempat kalinya.
“Saya yakin semua orang mampu untuk berinovasi. Tergantung tekad kita bagaimana untuk terus mewujudkannya,” jelasnya.
Suprawoto juga mengapresiasi panen raya melon di Desa Klagen ini. Dengan adanya inovasi yang berkontribusi untuk Desa Klagen. Di mana, jika inovasi seperti itu ditularkan kesemua masyarakat diharapkan mampu mengangkat roda perekonomian masyarakat sekitar.
“Jika hal tersebut ditularkan kesemua masyarakat setempat mungkin setiap minggu melon di area sini dapat dipanen. Sehingga, suplai melon di masyarakat bisa terkendali. Harga terjaga dan stok cukup. Pada akhirnya, petani di Magetan dapat merasakan manfaat profesi petani melon lebih menjajikan jika ditekuni,” tegas Suprawoto.
Petani sekaligus pengelola lahan melon, Subandi menyampaikan bahwa ada dua jenis melon yang di panen di lahan tersebut. Yakni, melon jenis Barata dan Manika. Untuk melon jenis Barata mempunyai kelebihan yaitu lebih tahan lama, sedangkan jenis Manika memiliki rasa yang lebih manis.
Lahan yang luas ditanami melon sekitar 3,5 Ha hasilkan produktifitas 44,57 ton/ha mampu memproduksi 156 ton. Serta perkiraan harga jual di tingkat petani Rp. 12.000,-/kg.
Hasil panen tersebut juga didistribusikan ke Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur. Adapun kendala dilapangan dalam budidaya melon tersebut adanya penyakit Layu Fusarium, namun dengan adanya pendampingan penyuluh setempat penyebaran penyakit dapat dikendalikan.
Subandi juga menyampaikan bahwa lahan tersebut merupakan lahan bengkok Kades Klagen. Yang mana lahan tersebut belum pernah ditanami padi sejak dahulu tetapi ditanami tebu. Sebelum panen raya kali ini, pihaknya juga pernah menanam melon exclusive yaitu melon Golden Apollo.
“Saya berinovasi untuk merubah lahan ini yang awalnya tidak mungkin bisa ditanami melon, justru saat ini sudah 4 kali panen” terang Subandi. (ant/mk)