Magetan – Sekitar pukul 20.00 WIB lebih sedikit. Bupati Magetan Suprawoto tiba di Dapur Lintang, Magetan. Minggu (7/5/2023).
Pak Bupati belum pulang ke rumah. Dari Jakarta, dia langsung ke acara “Andum Warisan”. Acara diskusi dan bedah budaya Jawa yang rutin diadakan sebulan sekali. Malam itu, episode kedelapan. Acara ini digagas, Anggota DPRD Jawa Timur Diana Sasa, dan Pegiat Budaya Jawa, Gito Sosrosasmito.
Di Jakarta, Pak Bupati menerima penghargaan nasional di bidang Kesehatan sebagai Kabupaten dengan capaian imunisasi tertinggi dalam Pekan Imunisasi Dunia pada Maret-April lalu.
Pak Bupati berangkat ke Jakarta, malam sebelumnya. Persis setelah acara Tabligh Akbar yang digelar Muhammadiyah di Pendopo Surya Graha. Ke Jakarta menggunakan mobil. Kembali Magetan, dengan pesawat turun Surabaya, lalu lanjut kereta.
Pak Bupati ikut ‘Andum Warisan’. Kecintaannya pada tradisi dan budaya Jawa seperti menghilangkan lelahnya sehari pulang pergi Jakarta-Magetan.
“Mutiara itu akan bersinar kalau digosok terus. Saya yakin acara diskusi seperti ini, akan memberikan inspirasi pada kita semua. Seperti yang sering saya sampaikan ketika ada dua orang saling bertukar pengetahuan dan pengalaman, maka yang didapatkan sebanyak orang dalam pengetahuan dan pengalaman itu,” katanya.
Tema acara Andum Warisan semalam, “Ana Biyen Ana Saiki” (Jalan Panjang Merawat Kebaikan).
Warisan yang dibagikan Pak Bupati di acara itu tak ternilai. Bupati bercerita tentang bagaimana orang tua dan leluhurnya mengajarkan etika dan tata krama menurut Jawa.
“Mbah mengajarkan saya untuk menghargai pangan. Mulai dari tak boleh membuang makanan hingga selamatan pada sepanjang musim tanam padi. Suatu ketika, saat membajak sawah, burung banyak datang dan mudah ditangkap. Mbah hanya memperbolehkan menangkap dua ekor. Diajarkan untuk tidak serakah,” jelasnya.
Suprawoto menceritakan ibunya yang sering menyampaikan dongeng sebelum tidur. Dongeng yang kemudian diberi penjelasan tentang nilai kebaikan. Tak boleh berbohong, tak boleh mencuri.
“Kadang sekarang ini, kita biarkan anak-anak kita menonton televisi tanpa didampingi,” ujarnya.
Menurut Suprawoto, sikap seseoorang itu dipengaruhi nilai yang ditanamkan leluhurnya.
“Kalau kebaikan itu tak dibagikan rasanya menjadi zalim. Karena itu, di awal menjadi bupati saya minta guru PAUD dan TK untuk membuat kurikulum Bahasa Jawa, pengantar Bahasa Jawa,” katanya.
Pak Bupati mengajak untuk nguri-nguri budaya Jawa dengan melakukan sesuatu, karena tak cukup hanya didiskusikan.
“Mimpi saya itu, setelah ada gedung kesenian di samping pendopo, nanti ada panggung pentas seni di bekas gedung bioskop di Pasar Baru, cuma terhenti karena Covid. Setiap bulan saya juga buat acara Mbulan Ndadari di Pendopo. Nanti juga Gedung Literasi diisi ruang-ruang sastra dan budaya Jawa. Saya akan minta guru-guru Bahasa Jawa untuk membuat kursus bahasa Jawa,” kata Pak Bupati merinci.
Sudah hampir tengah malam. Acara yang dipandu Owner Dapur Lintang, Bambang Kurniadi, belum usai. Pak Bupati andum buku terbarunya, Antuk Amanah Bupati Magetan, kepada sejumlah warga yang mengikuti diskusi. Buku berbahasa Jawa yang menceritakan perjalanan menjadi Bupati Magetan. (far/mk)