Nama saya Simon Nainggolan. Izinkan saya berbagi pengalaman menjadi penderita positif COVID19.
Bermula dari ibu mertua saya yang sakit demam dan sesak nafas dari tgl 14 Maret 2020. Pada tgl 18 kami bawa ibu mertua ke RSU Bunda utk dirawat. Ternyata menurut dokter beliau harus langsung diisolasi di ruang IGD yg sdh diubah menjadi ruang isolasi bagi penderita COVID19.
Tgl 20 Maret saya mulai merasakan demam pada tubuh saya. Tgl 23 Maret karena terus demam, saya memutuskan ke dokter paru2 di RSU Bunda. Hari itu saya dan istri ditest swab dan juga foto rontgen paru2. Pada hari berikutnya dokter paru2 melihat hasil foto paru2 saya dan suspect saya terkena COVID19, karena ada bercak2 di paru2 kanan saya. Saya diminta mengisolasi diri. Saya kemudian memilih utk self-isolated di rumah karena kebetulan ada kamar kosong di lantai 2.
Sejak itu saya tidak lagi bertemu dgn siapa pun. Makanan diantar dan diletakkan di pintu kamar. Alat2 makan saya tersendiri dan saya mencuci sendiri setelah makan. ? Obat2an saya minum sesuai resep2 dari dokter paru2. Saya mulai rajin minum vitamin C, D, dan E. Rajin minum jus buah2an dan tentunya obat paracetamol karena demam saya terus menerus tidak turun2. Untungnya saya tidak sesak nafas.
Pada tgl 26 Maret berita mengejutkan datang pada dinihari jam 3 pagi. Ibu mertua saya meninggal dunia. Sungguh sebuah pukulan yang luar biasa menyedihkan. Saya dan istri sekuat tenaga mengurus semua keperluan penguburan, karena sesuai protap pemerintah dalam waktu secepat2nya jenazah harus segera dikubur dgn protap yg sdh ditentukan pemerintah. Di sinilah kepedihan demi kepedihan kami harus jalani. Kami hanya berdua saja mengurus agar bisa segera selesai. Singkat cerita jam 8 pagi jenazah di bawa ke pemakaman di San Diego Hills. Hanya istri saya dan seorang pendeta dari gereja kami yg menyusul utk melaksanakan penguburan. Saya sendiri tidak bisa mendampingi istri saya karena saya masih demam tinggi dan self-isolated. Hancur hati kami melihat kondisi seperti ini.
Siangnya istri saya mengirim foto2 penguburan. Foto2 itu sangatlah memilukan. Ibunda kami terkasih harus dikubur dengan dibungkus plastik dan tak ada handai taulan serta teman2 yg dapet ikut mengantar kepergian beliau yg sangat mendadak…
Hari selanjut nya kami harus jalani dengan tegar. Istri saya dengan cucuran airmata memohon agar saya dapat berjuang melawan penyakit ini. Dia mengatakan tak akan sanggup lagi kalau harus menguburkan lagi org yg dia kasihi. Hati saya hancur mendengarnya, sekaligus mendorong saya untuk harus bangkit dan melawan virus ini.
Beberapa hari kemudian saya masih tetap demam. Hasil swab kami keluar dan vonis itu pun datang. Saya dan istri positif COVID19. Tetapi untungnya anak kami negatif.. ( biasa org kita udah kemalangan tetap ada untungnya )
Istri saya sendiri tidak mengalami demam sama sekali, jadi dia masih bisa beraktivitas di rumah menyiapkan banyak hal2 utk mendukung pemulihan saya. Banyak sekali nasihat2 kepada kami yang intinya kami harus kuat dan tidak larut di dalam kesedihan. Sayapun mengikuti anjuran demi anjuran.
Setiap pagi saya sdh bangun jam 4 pagi langsung makan sepotong roti dan minum vitamin. Jam 8 pagi saya sarapan dan minum vitamin2 lagi. Dalam sehari saya bisa meminum vitamin C hingga 2000 mg, tetapi saya banyak minum air putih hingga lebih dari 3 liter per hari. Oh iya, kalau malem itu tenggorokan rasanya sangat2 kering seperti rasanya mau retak2 aja. Jadi setiap terbangun saya minum 1 atau 2 teguk air utk membasahi tenggorokan. Selama demam, badan rasa nya patah2, linu di setiap sendi2. Saya lawan dengan terus meminum semua vitamin2. Saya juga dikasih minum air rebusan daun sirih merah (konon ini sangat membantu melawan virus COVID19) sambil tentunya tak lupa selalu berdoa kepada Tuhan agar diberi kesembuhan dan kekuatan. Saya percaya kalau Tuhan di sisi kita apapun tidak bisa melawan. Saya percaya kesembuhan hanya menunggu waktu. Satu hal lagi yang saya lakukan adalah: saya berhenti menonton TV, mendengar berita-berita yang menakutkan dan menyedihkan tentang COVID19. Saya ingin berkonsentrasi dengan usaha pemulihan saya dengan optimis.
Akhirnya mujizat Tuhan itu hadir. Tgl 1 April demam saya mendadak hilang. Saya tdk merasakan demam sama sekali. Tubuh saya mulai recovery. Saya terus menerus minum vitamin dan tidak lupa berjemur dari jam 9 pagi sampai jam 10. Sedikit demi sedikit badan saya semakin pulih.
Hari Senin, 6 April, saya dan istri test swab lagi di RSPAD. Hari ini Selasa 7 April berita suka cita itu datang. Hasil test swab saya dan istri dinyatakan sdh negatif. Terima kasih Tuhan saya bisa melewati masa2 kritis. Terima kasih luar biasa buat istri saya yg di dalam kesedihannya terus memberi yg terbaik buat saya dan mengurus keperluan2 saya, I love you so much!
Terima kasih tak terhingga saya ucapkan buat seluruh saudara2 saya terkasih dan semua teman2 saya yg selalu mendukung saya dalam doa2nya dan selalu memberi support kepada saya setiap hari. Buat siapapun yg sedang berjuang melawan virus ini, percaya lah kesembuhan hanya menunggu waktu. Lawan dgn hati yg penuh syukur. Vitamin2 itu trus diminum. Buat yang mulai merasakan gejala-gejala, tidak usah panik dan tidak usah menunggu test segala macam yang belum tentu cepat prosesnya. Langsung self-isolated, minum vitamin dan makan yang banyak makanan sehat. God bless you all!
Simon Nainggolan
Jakarta, 7 April 2020