Magetan – Lima tahun silam, jumlah perajin batik di Magetan, belum banyak. Hitungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Magetan, 7 perajin. Yang terkenal, beberapa di Desa Sidomukti, dan Batik Ciprat Simbatan.
Era Bupati Suprawoto dan Wabup Nanik, batik dikembangkan. Dimulai dai upaya untuk meningkatkan jumlah perajin batik agar batik memasyarakat.
“Membantu masyarakat itu tidak harus dengan bantuan fisik atau uang, tapi bisa dengan kebijakan. Buatlah kebijakan yang bermanfaat untuk masyarakat,” kata Bupati Suprawoto dalam berbagai kesempatan.
Bupati menginstrusikan jajaran ASN untuk mengenakan batik pada hari Kamis dan Jumat. Batik yang dipakai harus batik dari perajin Magetan.
“Itu salah satu kebijakan yang berimbas pada tumbuhnya perajin batik. Catatan kami sekarang sudah ada 52 perajin atau kelompok perajin batik di Magetan. Tersebar di hampir semua kecamatan,” terang Kepala Disperindag, Sucipto, Kamis, (15/6/2023).
Kalau dihitung setiap perajin atau kelompok perajin membutuhkan paling sedikit 10 tenaga kerja, maka ada lebih dari 500 tenaga kerja di dunia batik Magetan.
“Dari kebijakan megenakan batik, tumbuh perajin-perajin batik, kami melakukan pendampingan dengan pelatihan untuk peningkatan SDM dan kualitas batik serta pemasaran,” jelasnya.
Disperindag mengangkat Batik Magetan dengan program misi dagang dan berkolaborasi dengan dinas lain untuk event-event fashion batik.
Harga Batik khas Magetan berada di kisaran Rp 200 Ribu hingga Rp 300 Ribu per potong. Batik premium sekitar Rp 500 Ribu. Termahal, seperti Batik Kepo Kawedanan yang diproduksi terbatas yang haragnya bisa mencapai Rp 1,5 Juta.
“Salah satu omzet terbesar yang melayani pembelian dari luar negeri itu misalnya, Batik Ciprat Simbatan yang dikerjakan para disabilitas. Itu omzetnya sudah lebih dari 1 Milyar,” tambah Sucipto.
Sucipto berharap agar Batik Magetan ini memasyarakat, kualitas dan motif harus terus ditingkatkan. Contohnya, kreasi batik pring yang sekarang motifnya dirangkai dengan burung Jalak Lawu dan gunungan. (far/mk)