Magetan – Menangani stunting berarti menyelamatkan masa depan bangsa. Magetan juga tak setengah-setengah dalam menangani stunting. Targetnya, prevalensi di bawah 10 persen di tahun 2024.
Kalau Dinas Kesehatan menjadi leading sector di bagian penanganan, Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPP dan PA) menjadi panglima di bagian hulu.
“Kami punya yang namanya Tim Pendamping Keluarga, yang terdiri dari dokter, bidang, kader KB dan PKK serta anggota masyarakat yang berkolaborasi untuk melakukan percepatan penanganan stunting,” kata Kepala DPPKBPP dan PA Magetan, Furiana Kartini, Rabu (12/7/2023).
Furi menambahkan tim yang bekerja sejak 2021 itu juga melakukan sosialisasi dengan tujuan pendewasaan usia perkawinan.
“Mulai dari memberikan pembekalan pada orang tua ketika anaknya lepas ASI, status gizi, hingga pencegahan stunting melalui menekan pernikahan dini. Ada surat keputusan Bupati mengenai tes kesehatan jelang tiga bulan pernikahan,” jelasnya.
Menurut Furi, secara aplikatif ada program Elsimil untuk menekan angka stunting yang ditujukan kepada calon pengantin, pasangan usia subur, ibu hamil, ibu pasca persalinan, dan balita.
Pada 2021, angka stunting di Magetan ada kisaran 17 persen. Lalu turun di sekitar 14 persen.
“Harapannya, tahun ini 12 persen. Tahun depan di bawah 10 persen. Kalau bulan tiimbang Februari lalu, sebetulnya kita sudah di angka 10 persen,” tambahnya.
DPPKBPP dan PA membentuk Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) di sejumlah desa dan kelurahan. SOTH ini merupakan program yang digagas oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Ditujukkan bagi orang tua sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilannya dalam mengasuh anak.
“Pilot Projectnya di Kelurahan Selosari. Kami kirim hingga sekolah di tingkat provinsi dengan harapan menjadi semacam TOT (Training Of Trainer) yang bisa mengajar orang tua lain,” katanya. (far/mk)