ADA gimmick di Tik-tok yang berbunyi ; jika persoalan yang kau hadapi tak kunjung menemukan jalan keluar, maka keluarlah untuk jalan-jalan. Terkesan konyol dan lucu. Tapi, kalau difahami lebih mendalam, ada benarnya juga. Tentu, jalan-jalan keluar harus dimaknai sebagai proses untuk belajar, menambah pengetahuan, mencari referensi, dan usaha-usaha untuk mencari solusi atas persoalan yang dihadapi. Bukan sekedar jalan-jalan untuk melepas lelah, bersenang-senang dan atau bersenda gurau.
Hal itu menurut saya perlu juga dilakukan oleh manajemen PDAM Lawu Tirta Magetan. Pasalnya, sudah hampir 43 tahun sejak didirikan, PDAM hanya melakukan itu-itu saja. Yang dilakukan PDAM hanya berkutat pada penyediaan air bersih, perbaikan jaringan distribusi, peningkatan layanan pelanggan, perbaikan manajemen, dan persoalan-persoalan internal lainnya. Lantas, apakah semua persoalan itu bisa diselesaikan ? Tidak juga ! Buktinya, masih saja terjadi air macet ke pelanggan, pipa distribusi yang bocor, komplain ketidakpuasan pelanggan, persoalan dengan warga sekitar sumber, atau riak hangat-hangat kuku di internal perusahaan.
Sebagai badan usaha milik daerah, PDAM memang memiliki kewajiban utama untuk melayani ketersediaan air minum bagi masyarakat. Baik dari aspek pemerataan, kuantitas, maupun kualitasnya. Hal itu seperti yang termaktub dalam Perda Kabupaten Magetan Nomor 2 Tahun 2021 tentang Perusahaan Umum Daerah Air Minum Lawu Tirta. Selain itu, PDAM juga berkewajiban untuk memberikan kontribusi pada pendapatan daerah, meningkatkan perekonomian dan mendorong pembangunan daerah.
Dengan banyaknya tanggungjawab tersebut, maka manajemen PDAM harus sering-sering “jalan-jalan” keluar. Sehingga manajemen dan personel PDAM tidak terjebak pada pandangan bahwa menyediakan air minum dan air bersih itu adalah pengorbanan, kerja, dan jihad terbesar dalam hidupnya. Bukan ! Ada hal lain yang jauh lebih besar nilai pengorbanan, kerja, dan jihadnya jika mau melakukannya. Apa itu ? Ekstensifikasi usaha atau ekspansi bisnis.
Saya yakin, sebagaian orang di PDAM sudah memahami dan mengerti tentang hal itu. Hanya, sulit dan awang-awangen untuk memulainya. Sekali lagi, dalam kondisi seperti itu, ada baiknya jalan-jalan keluar. Tidak perlu jauh-jauh. Di sisi barat Gunung Lawu, ada PDAM yang sudah melakukan ekstensifikasi usaha dan berhasil. Maka, PDAM Lawu Tirta jangan malu untuk kesana, belajar, menimba ilmu, dan mulai merancang prospektuk bisnisnya. Menganalisa potensi sumber air, infrastruktur pendukung, kebutuhan sarana dan prasarana, potensi pasar yang bisa dilakukan, dan termasuk support kebijakan yang diperlukan pemerintah daerah untuk itu.
Magetan memiliki potensi sumber air yang cukup melimpah dan berkualitas. Ada sumber air tanah, air dari waduk, atau air permukaan yang langsung dari sumber alami. Kondisi ini tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain di sisi timur Magetan. Sehingga, dari aspek sumber daya alam, PDAM memiliki nilai yang lebih baik dari daerah lain. Karena memiliki sumber air yang lebih banyak dan baik, tentu ini membuka ruang pasar yang cukup besar di daerah sekitar Magetan yang tidak memiliki sumber air alami. Seperti daerah sisi timur dan utara Magetan.
Dari aspek infrastruktur, kondisi Magetan tidak terlalu jauh dari akses jalur provinsi dan nasional. Sehingga, dari aspek bisnis tidak menimbulkan cost yang besar. Lantas bagaimana aspek suprastruktur seperti kebijakan daerah, kebijakan kepala daerah, dukungan DPRD ? Saya yakin, selama manajemen PDAM memiliki analisa bisnis yang matang, obyektif, terukur atas semua potensi sumber daya, sumber daya manusia, dan potensi pasar, semua akan mendukung. Sebab, saat ini semua pemerintah daerah di harapkan melakukan optimalisasi potensi ekonomi daerah. Terutama yang bisa memberikan kontribusi ekonomi bagi masyarakat dan pendapatan asli daerah.
Kebetulan, saat ini merupakan masa bulan madu bagi Hj Nanik Endang Rusminiarti dan H Suyatni Priasmoro sebagai bupati dan wakil bupati Magetan. Juga, kebetulan sebulan lagi, PDAM Lawu Tirta memasuki masa suksesi jajaran direksi. Kedua momentum itu, semoga menjadi titik tolak membangun kesadaran bersama untuk membangkitkan PDAM Lawu Tirta. Bukan tentang siapa yang menjadi bupati dan wakil bupati. Bukan pula tentang siapa yang akan dipilih menjadi direktur utama PDAM. Tapi tentang komitmen membangun dan membesarkan PDAM. Tentu, kita semua berharap, PDAM tidak seperti tikus yang kurus di lumbung sendiri. Billahi fissabilil khaq, fastabiqul khoirot.
*)Ditulis oleh: Didik Haryono, Sekretaris Fraksi Golkar DPRD Magetan alumni Magister Kebijakan Publik Universitas Airlangga Surabaya.






Kritikan ke PDAM Lawu tirta adalah bentuk kasih sayang dprd kabupaten Magetan yg mewakili suara rakyat Magetan, jangan lelah mas dewan untuk menyuarakan untuk kemajuan PDAM LAWU TIRTA MAGETAN.