
Magetan – Keterbatasan fisik bukanlah pilihan dari setiap manusia yang hidup di dunia. Tatkala seseorang mengalami kekurangan fisik, maka Tuhan melebihkan dengan hal lain pada dirinya.
Itulah mengapa keterbatasan fisik bukan menjadi penghalang bagi Rochman Taufik Nur Singgih menjalani aktivitas sehari-hari. Pemuda disabilitas asal Jl. Mawar No. 33 RT 02/RW 2 Kel. Mangkujayan, Magetan itu, bahkan telah menorehkan tinta emas untuk Magetan di bidang olahraga.
Cita-citanya tidak muluk-muluk. Mimpinya sederhana. Ia mengaku ingin membanggakan kedua orang tuanya. “Sekaligus membuat nama Magetan semakin dikenal di kancah regional maupun nasional,” ungkao lulusan SMK YKP Magetan tahun 1994 ini.
Diwawancarai Kamis (24/11/2022), Rochman yang lahir pada 3 Oktober 1994 itu, tak bisa dianggap remeh prestasinya. Membela kontingen Magetan dalam Kejurda National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Atletik Jawa Timur pada bulan Desember 2019, ia merebut medali emas di nomor spesialisnya, 100 meter.
“Tanpa latihan serius mustahil kita meraih prestasi. Dan pastinya proses tidak akan mengkhianati hasil,” ujar Rochman dengan ucapan yang –mohon maaf– sulit dipahami lantaran ketidaksempurnaan fisiknya. Kalimat Rochman terbata-bata.
Berlabuh di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) bagi Rochman sebenarnya jauh dari mimpinya. Akan tetapi, seperti lagu D’Masiv “Jangan Menyerah”, ia tidak patah arang menjahit serta merenda masa depan.
Saat ini, Rochman diterima di Unesa Prodi S1 Pendidikan Luar Biasa. Ia kuliah di kampus Lidah Wetan Surabaya. “Perjalanan saya masih panjang. Karena di Unesa baru semester satu,” aku putra dari Sumardianto dan Suwarni ini.
Ia mengaku tidak mengalami kesulitan dalam beradaptasi di kampus dan lingkungan kostnya. Sebab, teman dan dosen di Unesa sangat wellcome terhadap kaum disabilitas. “Saya ingin jadi guru atau psikiater,” aku Rochman saat ditanya cita-cita.
Penyuka topi itu berharap sesama disabilitas agar tidak minder, dan malu. Juga tetaplah rendah hati. “Semangat untuk maju karena disabilitas bisa berprestasi,” ucap Rochman yang dilatih oleh Achmad Ma’arif Achman dan pelatih PASI Magetan, Slamet tersebut.
Perjuangan Rochman menggenggam masa depan didukung oleh pelatih Slamet yang mendampinginya sedari awal mengenal atletik. Di mata Pak Slamet, “Rochman ini semangatnya luar biasa. Tipenya tidak gampang menyerah walaupun memiliki keterbatasan,” ungkap dia.
Rektor Unesa Prof Nurhasan menceritakan, Unesa memberikan ruang yang luas bagi Rochman dan mahasiswa disabilitas lainnya. Sebab, Unesa ingin menjadi kampus yang ramah bagi penyandang keterbatasan fisik. “Termasuk, memberikan apresiasi atau kesempatan yang sama kepada penyandang disabilitas,” terang Cak Hasan, sapaan akrab sang rektor.
Rochman adalah manusia yang diberikan Tuhan keterbatasan fisik. Ia bersyukur dengan caranya. Yakni, dengan memberikan prestasi untuk Magetan. Dia pun tidak pernah minder untuk belajar dan belajar.
Sekaligus memperjuangkan masa depannya demi membanggakan ayah dan ibunya. Tak lupa Rochman mengucapkan terima pada semua yang telah membantunya berdiri tegak dan melangkahkan kaki menjemput impian.
Kata pamungkas Rochman, berjuanglah walaupun itu sulit. “Kepada teman-teman disabilitas, tetaplah berjuang meraih mimpi meskipun dengan keterbatasan,” ucap Rochman. (mif/mk)