Magetan – Namanya Aqila Aisah Prasetya. Putri cantik ini pelajar kelas 1 SD Negeri Tambran 1 Kec/Kab. Magetan. Aqila menangis tatkala hendak berangkat sekolah.
Di sela tangisnya, terpancar kesedihan dari anak berusia tujuh tahun tersebut. Itu lantaran Aqila menerima kabar jika sekolahnya bakal dipindah.
Pemindahan SDN Tambran 1 itu, bagian dari kebijakan regrouping atas sejumlah sekolah dasar oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) di tahun 2022 ini.
Tangis Aqila itu terekam dalam video yang diambil sang ibu tatkala hendak berangkat sekolah. Sang ibu lantas bertanya, kenapa Aqila menangis.
“Sekolahanku mau dipindah,” jawabnya putri kecil itu.
Aqila juga menuturkan dirinya tidak mau sekolah jika SDN Tambran 1 di Jl Pandu Magetan ini, di-regrouping. Katanya, dia tak ingin berpindah sekolah juga berpisah dengan temannya.
Ketika media mendatangi SDN Tambran 1, Aqila terlihat duduk dan ngobrol bersama temannya. Mereka membicarakan perihal sekolah yang katanya akan ditutup.
Raut kesedihan masih terpancar. Aqila juga memohon pada Bupati Magetan agar rencana regrouping sekolahnya diurungkan. “Aqila tidak mau pindah. Aqila suka sekolah di sini,” ungkap Aqila, Selasa (7/6/2022).
Sejumlah wali murid ditemui media juga menolak rencana regrouping SDN Tambran 1. Wali murid tersebut mengaku keberatan jika harus pindah lagi dari sekolah lama yang berada di belakang Poltekes Surabaya di Magetan itu.
“Tahun lalu, anak saya pindahan dari SDN Kebonagung juga karena di-regrouping. Masak ini mau di-regrouping lagi,” ungkap salah seorang wali murid, Didik pada media.
Wali murid lain beralasan jika harus pindah atau mengikuti regrouping maka jarak sekolah dengan rumah akan jauh.
“Anak saya kelas tiga tapi belum bisa mandiri. Kalau harus pindah karena sekolah di sini di-regrouping maka jarak sekolah semakin jauh,” terang wali murid lain, Jarno saat diwawancarai media.
Kepala Dikpora Suwata kepada media membenarkan terkait rencana me-regrouping 19 SD di Magetan tahun ini. Salah satunya SDN Tambran 1. Dikatakan, kebijakan regrouping tersebut salah satunya sebagai upaya efisiensi.
“Sudah kami lakukan evaluasi dan ada beberapa sekolah yang perlu di-regrouping karena muridnya sudah tidak ada lagi. Tidak hanya itu, sebaran sekolahan terlalu padat. Misalnya, di Kelurahan Selosari ada empat SD,” tutur Suwata. (mif/mk)