Ngawi – Universitas Negeri Surabaya (Unesa) terus menunjukkan komitmennya dalam program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Rintisan Desa Pancasila dengan mengadakan kegiatan bertajuk Jalan Sehat dan Penyuluhan.
Temanya, “Ketahanan Keluarga dan Desa Bebas Kekerasan” di Desa Rintisan Pancasila, Desa Widodaren, Ngawi.
Kegiatan yang berlangsung meriah ini dihadiri oleh 40 orang ibu PKK yang dipimpin Monica Joice Prakasiwi. Selain itu, mahasiswa yang tergabung dalam Komunitas Anti Intoleransi dan Radikalisme (KANIRA) terjun sebagai fasilitator dalam kegiatan PKM tahun ini.
Acara dimulai dengan kegiatan Jalan Sehat yang mengitari desa, diiringi kampanye anti kekerasan. Para peserta dan masyarakat sekitar menunjukkan antusiasme tinggi, dengan banyak yang turut serta mendengarkan dan menyatakan dukungan penuh untuk menolak segala bentuk kekerasan.
Kampanye ini berhasil menarik perhatian dan respons positif dari warga desa, yang menegaskan pentingnya kesadaran akan isu kekerasan.
Setelah kegiatan Jalan Sehat, acara dilanjutkan dengan Penyuluhan Ketahanan Keluarga dan Desa Bebas Kekerasan.
Kepala Desa Widodaren, Petrus Bagoes Wijayanto, menyampaikan rasa terima kasih kepada Unesa yang telah melaksanakan kegiatan ini. Petrus mendukung penuh program yang diadakan secara rutin di desa tersebut, dan menekankan pentingnya isu ketahanan keluarga dan anti kekerasan di masa kini.
“Isu ketahanan keluarga dan anti kekerasan menjadi sangat penting dewasa ini. Kami memohon bantuan Unesa untuk terus menolong desa kami,” ujar Petrus.
Ketua Pengabdian Kepada Masyarakat, Iman Pasu Purba, mengatakan Unesa sudah menunjukkan komitmen terhadap Desa Widodaren sebagai rintisan Desa Pancasila dengan berbagai kegiatan tematik setiap tahun sejak tahun 2022.
“Tahun ini, tema Ketahanan Keluarga dan Anti Kekerasan diusung sebagai bagian dari penguatan nilai Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab,” kata Iman.
Materi penyuluhan yang disampaikan oleh Iman Pasu Purba mengkaji urgensi ketahanan keluarga dan menggali praktik kekerasan dalam rumah tangga serta aturan hukum yang dapat menjerat pelaku kekerasan dalam keluarga.
Sementara itu, Putri Aisyiyah, Dosen Ilmu Komunikasi Unesa, secara khusus memaparkan realitas kekerasan yang diberitakan di platform digital dan mendorong para peserta untuk cakap dalam literasi media.
Antusiasme peserta terlihat dari keseriusan mereka dalam mendengarkan setiap sesi dan respons positif terhadap tema yang dikaji tahun ini. Para ibu PKK tampak aktif berpartisipasi, menunjukkan kesungguhan dalam mendalami materi yang disampaikan. (far/mk)