Magetan – Ditemani lagu Monokrom yang dipopulerkan penyanyi Tulus, Petrus Agustino duduk santai di pelataran belakang Graha Literasi di Jl Raya Magetan-Plaosan, Selasa (25/10/2022).
Petrus dan kawannya dari SMAN 2 Magetan itu, memegang buku. Membaca. Petrus yang berkaca mata ini, menikmati lembar demi lembar buku biografi Yap Thiam Hien, Sang Pendekar Keadilan.
“Dari Yap Thiam Hien, kita belajar arti keadilan. Yap Thiam Hien ini memotret keadilan dari sudut pandang masyarakat kebanyakan,” ungkap Petrus sedikit men-review isi buku tersebut.
Petrus begitu menikmati Lomba Sinopsis yang di Graha Literasi Kecamatan Plaosan. Lomba sinopsis ini adalah salah satu cara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Magetan menyemarakkan iklim dan budaya literasi di kalangan pelajar serta masyarakat.
Petrus mengaku gemar membaca. Buku biografi seperti Yap Thiam Hien begitu disuka. Selain kitab tentang sejarah dan buku motivasi dari orang-orang terkenal. Pun tokoh besar. “Saya banyak belajar dari buku biografi dan sejarah,” aku siswa yang bermimpi menjadi dosen.
Budaya literasi memang penting untuk mencetak generasi unggul di era milenial. Terlebih lagi, Kabupaten Magetan adalah salah satu kabupaten literasi.
Ini didukung oleh Bupati Suprawoto yang memiliki visi dan misi kuat terhadap literasi di Magetan. Begitu juga Wakil Bupati Nanik Endang Rusminiarti dulunya juga seorang pengajar.
“Menurut saya, pelajar dan masyarakat itu, butuh ruang untuk berekspresi,” ujar Sinta Tri R, guru SMP Al Uswah Magetan, juri lomba sinopsis dalam rangka Bulan Bahasa 2022.
Selama ini, di sekolah juga berusaha keras untuk terus menggali minat baca anak didik. “Yang diperlukan anak-anak itu motivasi agar mau membaca. Juga sarana prasarana untuk membaca juga dibutuhkan,” ungkap Sinta.
Dan, sebagai kabupaten literasi, Magetan terus berusaha menggaungkan minat baca di masyarakat. Menurut Kepala Dinas Arpus, Suhardi, penyelenggara lomba sinopsis tingkat SMA, membaca merupakan jendelanya ilmu.
“Nah, kita perlu menumbuhkan minat baca di kalangan pelajar. Sebab, dengan membaca, apa yang tidak tahu menjadi tahu, wawasan akan meluas dengan membaca, dengan membaca ilmu akan bertambah,” papar Suhardi.
Bupati Suprawoto memberikan motivasi pada pelajar SMA sederajat di Magetan yang ikut lomba sinopsis.
“Menulis itu asyik. Kalian tahu penulis serial Harry Potter. Tulisan dia itu sempat ditolak, ditolak, ditolak dan akhirnya ada penerbit yang mau menerbitkan buku Harry Potter. Sampai saat ini, royaltinya luar biasa,” ujar bupati.
Ia meyakinkan bahwa dengan menulis maka kita akan berada satu langkah lebih maju dibanding anak yang lain. “Maka gunakan kesempatan ini sebaik mungkin. Sebab, dengan menulis akan membuka cakrawala berpikir kita,” tutur Suprawoto.
Cuaca di Graha Literasi mendung. Matahari enggan menampakkan diri. Namun, itu tak mengurangi semangat Petrus Agustino untuk menuliskan sinopsis atas buku biografi Yap Thiam Hien.
Di sudut lain, duduk bersimpuh sejumlah pelajar. Ada yang di musola. Ada yang di tangga. Ada pula duduk di belakang Gedung Literasi. Seperti Arista Dwi, siswi SMAN 1 Magetan.
Dara kelas X itu terlihat serius membaca buku Psikologi Seni. “Psikologi seni. Buku yang tidak biasa. Tapi, asyik juga,” kata Arista sembari menuliskan sinopsis di kertas HVS berstempel Dinas Arpus Pemkab Magetan.
Dari kejauhan suara penyanyi Tulus mengalun syahdu. Bait demi bait syairnya mengalir yang makin memperindah view Gunung Lawu dari kejauhan, di Graha Literasi.
“Lembaran foto hitam-putih… Aku coba ingat lagi warna bajumu kala itu… Kali pertama di hidupku… Manusia lain memelukku…”
Secuil kisah Lomba Sinopsis yang diiringi lagu Monokrom karya Tulus, menjadi penyemangat bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Magetan dalam menggelorakan budaya serta semangat literasi di masyarakat. (par/mif/mk)