Di tengah arus modernisasi, politik cenderung mengesampingkan nilai kemanusiaan, padahal dinamika manusia di setiap sektor kehidupan selalu berorientasi untuk kebaikan, kesejahteraan dan untuk mencapai cita cita bersama, yang baik tentunya.
Momentum pilkada serentak 2024 ini ibarat kita menitipkan pembangunan daerah ke depan yang menyangkut hajat hidup orang banyak, termasuk kita jadi jangan sampai ada istilah salah pilih menyesal kemudian.
Budaya kita sebagai orang timur tentunya dekat dengan istilah politik santun namun typologi masyarakat sekarang jauh dari panggang api dari kata santun. Menilik gelaran pemilu yang baru saja kita lewati bersama, bukan hanya populer atau menawarkan program yang menarik saja peserta pemilu harus dipaksakan untuk menyediakan logistik dengan nilai yang fantastis.
Sistem pilkada saat sekarang yang menganut sistem ” One person, one vote, one vulue”, memaksa masyarakat harus memilih sendiri pemimpinnya tanpa perantara tanpa harus diganggu oleh pihak manapun. Inilah demokrasi yang harus diimbangi dengan cerdasnya masyarakat tanpa harus meninggalkan adat budaya ketimuran, jika tidak akan menjadi pisau bermata dua, bagi keberlangsungan sebuah negara. Dengan segala dinamikanya harus siap dengan pemilihan umum secara langsung, karena merupakan komitmen bahwa kedauatan rakyat berada di atas segalanya.
Walaupun pada kenyataannya nanti akan terjadi benturan politik baik antara partai politik, tim pemenangan, relawan, bahkan publik itu sendiri, maklum dalam politik jika tidak kompromi pasti konflik.
Pilkada langsung dianggap baik karena penyelenggara mempunyai anggapan bahwa susah untuk menyogok banyaknya masyarakat, tetapi pada kenyataannya permainan uang dalam pemilu langsung lebih besar daripada pemilu yang dilaksanakan oleh anggota dewan.
Dengan kemenangan yang ditentukan oleh publik, kampanye politik menjadi cara yang paling efektif, dalam meraih kemenangan, idealnya kampanye politik dilaksanakan dengan mengadu program kerja, visi misi, dan hal baik lainnya.
Tetapi pada pelaksanannya sering kita jumpai cara yang kurang beradab, seperti politik uang, kampanye hitam, yang saat ini tren dengan penggunaan isu suku, agama, ras dan antar budaya, ini berbahaya karena tujuan politik adalah kesejahteraan umum,
Pemilu kepala daerah langsung seharusnya menghadirkan calon-calon kepala daerah inovatif, dan mampu menjadi jawaban atas segala permasalahan yang membelit daerahnya, dengan pemilu kepala daerah langsung masyarakat bisa leluasa memilih calon pemimpin daerah dengan tujuan demi perbaikan pembangunan.
Melihat kepentingan bagi masyarakat, pemilu kepala daerah langsung ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakatnya, walaupun pada pelaksanaannya masih banyak hal yang harus kita evaluasi bersama. Renungkan, esensi dari pemilu kepala daerah langsung memang mulia, karena mengutamakan hak rakyatnya, pemilu kepala daerah langsung menghadirkan sosok dari calon kepala daerah langsung kepada masyarakat, sehingga masyarakat bisa langsung menilai bahkan langsung menentukan pilihan politiknya.
Politik tidak bisa diangan – angan bahkan dihitung secara matematis, tidak ada kawan tidak ada lawan dalam politik yang hanya ada kepentingan, dibutuhkan seorang politisi yang pembaharu, yang tidak membuat jemu.
Inilah dunia politik, kadang menjadi drama yang dikonsumsi oleh publik, di mana selalu terlibat dengan kekuasaan, kepentingan dan kadang kemunafikan.
Tetep santun berpolitik, hidup bukan hanya tentang politik, kawan! (*)
Ditulis oleh: Jainuri Achmad Affandi, Ketua Pemuda Muhammadiyah Magetan