
Magetan – Merawat persatuan dan kesatuan bangsa. Sekaligus mencegah intoleransi serta radikalisme bagi pelajar. Ini yang ingin dicapai oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Pemkab Magetan dalam sosialisasi penanganan konflik sosial di Gedung Pertemuan Panti Asuhan Muhammadiyah Jl Salak, Magetan, Jumat (25/11/2022).
‘’Kami ingin menanamkan nilai-nilai toleransi dan perdamaian sejak dini. Baik di keluarga, sekolah maupun kampus,’’ ujar Kepala Bakesbangpol, Chanif Tri Wahyudi.
Menurut Chanif, saat ini, penyebaran konten hoaks, ujaran kebencian, serta gerakan anti Pancasila begitu masif. Terlebih di era digital saat ini. Karena itu, dia berpesan agar anak muda terutama pelajar memiliki filter pribadi dalam mengonsumsi arus informasi di dunia internet.
‘’Perkembangan teknologi yang pesat ini terkadang dimanfaat oleh orang yang tidak bertanggung jawab dengan menyebar berita hoaks,’’ ungkap Chanif.
Sosialiasi menghadirkan tiga narasumber. Yakni, Kabag Ops Polres Magetan Kompol Arie Taufan Budiman, Pasi Ops Kodim 0804 Magetan Kapten Inf Arif Wahyu Jatmika dan perwakilan dari Cabang Dinas Pendidikan Jatim di Magetan-Ponorogo.
‘’Menumbuhkan kepedulian, kepekaan dan pencegahan di lingkungan sekitar dari pengaruh radikalisme dan ancaman terorisme. Ini cara kita menangkal radikalisme. Terutama di kalangan pelajar,’’ terang Kompol Arie Taufan Budiman.
Selain itu, memberikan penguatan wawasan kebangsaan dan pemikiran keagamaan yang inklusif. Juga melakukan media literasi serta digital literasi agar memiliki pemahaman yang moderat dan inklusif.
‘’Melakukan deteksi dini dengan memberdayakan seluruh komponen masyarakat, untuk mencegah penyebaran paham radikal melalui kegiatan atau pengajian yang eksklusif.’’
Sosialisasi dihadiri perwakilan pelajar SMA sederajat di Magetan. Mereka tampak antusias menyimak paparan dari ketiga narasumber Polres, Kodim dan Cabang Dindik.
Kapten Inf Arif menambahkan saat ini banyak bersliweran di media sosial maupun internet yang isinya cenderung fitnah, penyesatan, provokasi, dan pengalihan isu. Terutama, menggunakan isu yang sedang tren serta viral di masyarakat. Sehingga, membuat sebagian masyarakat saling curiga, meragukan pancasila, meruntuhkan percaya diri serta nasionalisme.
‘’Anak muda harus jadilah agen perubahan yang positif dengan terlebih dulu mengubah dari diri pribadi dan keluarga,’’ tegas Arif. (mif/mk)