Sabtu, 14 Desember 2024

“In Omnia Paratus”

In Omnia Paratus. Frasa ini diambil dari bahasa latin yg artinya “siap dalam segala hal” atau “siap untuk segala sesuatu”.

Frasa ini dipopulerkan oleh sekelompok anak genZ dalam film “Gilmore Girls”
Frasa ini digunakan sebagai motto Rory Gilmore, pemeran utama serial ini dalam setiap tindakan dan aktivitas yang dia lakukan.

“In omnia paratus” sangat mudah diucapkan oleh semua orang tetapi hanya orang orang terpilihlah yang mampu menjalankan arti kata frasa ini.

Sebentar lagi seluruh masayarakat magetan akan dipaksa untuk menggunakan frasa ini dalam kehidupannya, mau tidak mau, suka tidak suka terkait dengan hasil pemilukada yang akan digelar bersama 27 november ini.

Siapapun pemimpin yang akan dilantik februari nanti harus menjadi pemimpin seluruh rakyat, bukan pemimpin bagi partai politik yang mengusungnya, bukan pemimpin bobotoh bobotoh pengusungnya saja dan bukan pemimpin bagi konstituennya saja.
Tetapi pemimpin bagi seluruh masyarakat magetan tanpa terkecuali.

Bagi masyarakat, frasa ini akan dibawa sampai 5 tahun kedepan dan bagi pasangan pasangan calon yang tidak terpilih mungkin frasa ini hanya akan berimbas dalam kehidupan mereka 3 bulan pertama setelah pemilu.

Pemilu bukan soal besar kecil uang didalam amplop, bukan soal tanda tangan yang dibubuhkan di atas kertas kontrak politik dan bukan soal “gak enak hati” karena saudara atau kolega.

Pemilu soal nasib rakyat 5 tahun kedepan, soal bagaimana kebijakan kebijakan dapat dibuat dan dirasakan hasilnya oleh masyarakat, soal bagaimana membangun, soal bagaimana masyarakat mendapatkan hak penuhnya yang telah dijamin oleh undang undang negara, soal kesejahteraan yang terukur, soal pendidikan sebagai investasi masa depan dan tentu saja soal nasib masyarakat kecil yang tidak berpartai, tidak berjabatan, tidak beraliansi dapat dijamin dan dipenuhi.

Jangan tertipu dengan ucapan manis manis, janji janji manis, iming iming nominal yang mungkin tidak memiliki dasar hukum. Mari memilih dengan melihat karya yang telah dihasilkan, hasil yang telah dirasakan masyarakat dan tentu saja melihat rekam jejak masing masing pemimpin.

Miris rasanya melihat pemimpin yang justru mengedukasi masyarakat tentang politik dengan cara cara yang salah, seperti berbicara politik di tempat tempat ibadah yang seharusnya tempat ibadah sebagai tempat pemersatu umat, tetapi justru sebagai tempat pemecah belah umat, pembubuhan tanda tangan diatas janji-janji manis kampanye, overclaming bobotoh atas nama masyarakat, hal hal seperti ini harusnya sudah tidak lagi menjadi budaya politik di magetan pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Wise man said “Ikan tidak akan bisa dimakan apabila kepalanya telah busuk”

“In omnia paratus” mengingatkan kita semua sebagai masyarakat agar siap dengan apapun yang akan kita hadapi dengan keberanian dan sisi yg positif untuk itu perlu bagi kita pemilih, untuk berani berkata tidak dengan segala bentuk kecurangan dalam praktek pemilu. Pada akhirnya sebelum masyarakat menerima “In omnia Paratus ” Maka masyarakat harus berkata ” Non Ducor, Duco ” Saya tidak dipimpin, saya memimpin. *

*Ditulis oleh Widia Astuti, Praktisi Pemberdayaan Masyarakat, Founder Rumah Belajar KITA

Berita Terkait

Hot this week

Pedoman Media Siber

Kemerdekaan berpendapat, kemerdekaan berekspresi, dan kemerdekaan pers adalah hak...

Kode Etik

Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia...

Tentang Kami

Dari POJOK SelosariJikalau air di Telaga Sarangan dibuat menjadi...

Pilkada Serentak

MINGGU depan ini, tanggal 27 November 2024 masyarakat yang...

Ada Gugatan ke MK, KPU Magetan Belum Lakukan Penetapan Hasil Pilkada

Magetan - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Magetan belum...

Berita Terbaru

Advertisementspot_img
- Advertisement -

Popular Categories