Magetan – Apresiasi terhadap karya sastra Iman Budhi Santosa (IBS) diberikan oleh seniman dari Magetan dan berbagai daerah di acara Festival Sastra IBS, di halaman Perpustakaan Dbuku Jalan Kenongo, Magetan, Minggu (2/12/2023) malam.
Apresiasi itu disampaikan dengan beragam cara. Ada yang membacakan puisi, musikalisasi puisi, membaca cerita pendek, hingga bercerita tentang sosok IBS.
“Empat tahun menjadi anggota dewan, saya seperti tercabut dari akar saya. Saya menjadi seperti sekarang karena buku. Sampai saya pernah nangis hanya karena buku saya rusak dimakan tikus. Karena itu, saya menginisiasi festival sastra ini. Untuk kembali memperhatikan buku dan sastra,” kata Anggota DPRD Jawa Timur, Diana Sasa, saat membuka parade sastra di acara Festival Sastra IBS.
Diana Sasa memimpikan ada museum mini IBS sebagai kelanjutan “menghadirkan” IBS di Magetan. Agar, karyanya bisa dinikmati secara mudah bagi warga Magetan.
“Itu cita-cita saya untuk memberikan penghargaan bagi seniman dan warga Magetan. Semoga itu terwujud, sehingga bisa jadi salah satu destinasi wisata,” ungkapnya.
Sejumlah warga Magetan mengapresiasi karya-karya Iman Budhi Santosa dengan membaca puisi. Tokoh Literasi Magetan Suprawoto juga tampil mengapresiasi karya IBS dengan membacakan cerpen tentang kearifan lokal, Mbah Kadar. Cerita tentang dukun.
Seniman dari Yogyakarta, seperti Wage Daksinarga bercerita tentang sisi “nakal” Iman Budhi Santosa. Wage bersama IBS membuat buku Tali Pati – Kisah-kisah Bunuh Diri di Gunung Kidul.
Festival Sastra IBS di Magetan ini dihadiri anak bungsu Iman Budho Santosa, Ratnasari Devi. Ratnasari membawa anaknya, Sasi.
“Terima kasih sebesar-besarnya kepada Dbuku, para seniman dan masyarakat Magetan atas apresiasi terhadap almarhum bapak. Ini pertama kali saya datang ke Magetan, tempat kelahiran bapak. Saya menyadari bahwa bapak orang besar setelah beliau tiada. Terima kasih,” katanya. (far/mk)
